Ekonomi & Bisnis

Kafe dan Museum Cagar Budaya Gardu Listrik Ngarsopuro, Tempat Wisata dan Nongkrong Baru di Solo

Ekonomi & Bisnis

15 November 2024 16:05 WIB

Soft opening Cagar Budaya Gardu Listrik Ngarsopuro menjadi museum dan heritage cafe, Kamis (14/11/2024) petang

SOLO, solotrust.com - Cagar Budaya Gardu Listrik Ngarsopuro di Jalan Diponegoro No.50, Keprabon, Banjarsari, Solo kini menjadi museum dan heritage cafe. Bangunan dulunya selalu ditutup dan terkesan tak jadi perhatian publik itu memang memiliki sejarah sebagai simbol masuknya era listrik kali pertama di Kota Solo dan sekitarnya. 

Pembukaan kafe bernuansa heritage dan museum berisi benda-benda evolusi listrik itu digelar dengan acara soft opening Cagar Budaya Gardu Listrik Ngarsopuro menjadi museum dan heritage cafe, Kamis (14/11/2024) petang. 



Soft openingdihadiri Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta (Keraton Solo), Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo (Gusti Dipo) dan Penguasa Kadipaten Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, serta Direktur Legal dan Management Human Capital PLN, Yusuf Didi Setiarto. 

Executive Vice President General Affairs and Property Assets PLN, Arsyadany G Akmalaputri, mengatakan pihaknya memiliki program revitalisasi atau merestorasi bangunan cagar budaya Gardu Listrik Ngarsopuro, tepatnya di depan Pura Mangkunegaran, Solo.

“Program ini memang sudah direncanakan tahun lalu karena gardu listrik ini menjadi salah satu jejak kelistrikan Kota Solo,” ungkapnya.

Restorasi terilhami buku berjudul ‘Jejak Listrik di Tanah Raja, Listrik dan Kolonialisme di Surakarta 1.900-1.957’ yang ditulis sejarawan Eko Sulistyo. Dalam buku itu diceritakan secara detail perkembangan listrik di Kota Solo yang dimulai sejak zaman kolonial Hindia Belanda awal abad 19. 

Keberadaannya dibangun dan dikelola sebagai bagian dari perusahaan listrik zaman kolonial bernama Anim. Gardu listrik itu dulunya merupakan bangunan berbentuk kubus dengan luas 97,8 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 658 meter persegi. Bangunan itu dulunya dibuat untuk melindungi transformator yang ada di dalamnya.

Pada 22 Februari 2024, Keputusan Wali Kota Solo menetapkan Gardu Listrik Ngarsopuro menjadi cagar budaya peringkat kota. Kini bangunan itu dijadikan museum yang dapat dinikmati masyarakat tanpa dipungut biaya apa pun alias gratis. Terdapat pula kafe bernuansa heritage di samping bangunan museum yang dapat menjadi salah satu jujukan wisatawan maupun kawula muda yang berkunjung ke Solo.

"Food and beverage yang digabungkan dengan museum baru pertama ini (di Indonesia). Ini baru soft launching karena grand launching baru akan dibuka Desember 2024. Perubahan ini sebagai pendayagunaan aset PLN untuk mengubah cara pandang yang tadinya hanya merawat, sekarang kita konsepkan bersama untuk menjadi pendapatan PLN," urai Arsyadany G Akmalaputri.

Direktur Legal dan Human Capital PT PLN, Yusuf Didi Setiarto, mengungkapkan tempat yang memiliki catatan sejarah ini sengaja diubah menjadi kawasan publik dan tempat nongkrong agar tetap terpelihara.

"Tempat yang khas seperti ini ada aspek sejarahnya, ada aspek komersial 30 orang bisa bekerja. Seandainya di Kota Solo ada beberapa seperti ini tentu sedikit banyak kita bisa berkontribusi mengurangi pengangguran. PLN hari ini memberikan sumbangan terbaiknya kepada Kota Solo untuk menambah aset kuliner," ucap dia.

Selain itu, Yusuf Didi Setiarto menambahkan, revitalisasi cagar budaya gardu listrik di Ngarsopuro ini akan menjadi pioner. Selanjutnya, PLN akan melakukan revitalisasi di beberapa bangunan aset dimiliki sebagai cagar budaya yang dapat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat.

"Ini adalah pioner, model ini akan dicoba untuk diterapkan pada aset-aset heritage yang lain. Kesejahteraan itu tidak harus mengesampingkan kesejahteraan, harus berbanding lurus dan bersinergi. Mari kita bersejarah, sekaligus bersejahtera," tukasnya. (add)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya