Entertainment

Episode Terakhir Drama Korea When the Phone Rings, Penggiringan Isu atau Representasi Politik?

Musik & Film

9 Januari 2025 13:47 WIB

Adegan dalam episode terakhir When the Phone Rings yang memunculkan dugaan drama Korea ini menyisipkan isu politik dunia nyata dengan cara terselubung.

Solotrust.com - Drama Korea When the Phone Rings selama ini dikenal dengan cerita penuh misteri dan intrik, menuai perhatian besar di episode terakhirnya. Salah satu adegan menampilkan pembawa berita yang membahas serangan udara Paltima terhadap Izmael, menimbulkan pertanyaan apakah ini bagian dari alur cerita belaka atau ada pesan politik di baliknya?

Adegan yang menjadi sorotan utama dalam episode terakhir When the Phone Rings terjadi saat pembawa berita di layar televisi melaporkan kejadian global. Dalam laporan itu, presenter menyatakan "Serangan udara Paltima berlangsung di Izmael di mana warga Negara Korea diculik militan bersenjata. Sebagai tanggapan, pemerintah mendirikan Markas Besar Perlindungan di Kementerian Luar Negeri dan mengirim negoisator Peik Yu Yeon"



Kendati nama-nama Paltima dan Izmael adalah fiktif, banyak warganet yang dengan cepat mengaitkannya dengan Palestina dan Israel, mengingat kemiripan fonetik serta konteks konflik yang familier.

Adegan ini memunculkan dugaan drama When the Phone Rings menyisipkan isu politik dunia nyata dengan cara terselubung. Dialog tersebut langsung memicu diskusi hangat di media sosial.

Sebagian penonton menilai penyebutan ‘Paltima’ sebagai pihak yang menyerang,  dikombinasikan dengan ‘Izmael’ sebagai korban yang terkait dengan penculikan warga Korea, dapat dianggap sebagai bentuk penggiringan opini.

Dari sudut pandang yang berpihak dapat memunculkan statement seperti dengan menggambarkan Paltima (dianggap mewakili Palestina) sebagai pihak agresor, drama ini berisiko menyampaikan narasi tak seimbang dan memojokkan satu pihak dalam konflik yang kompleks. Sementara dalam segi latar belakang konflik, adegan itu tidak menjelaskan latar belakang atau alasan di balik "serangan udara" tersebut yang bisa memperkuat kesan bias terhadap satu pihak.

Kemungkinan sebagai Representasi Politik atau Relevansi Konteks

Terdapat argumen penyisipan isu ini mungkin bukan dimaksudkan sebagai penggiringan opini, melainkan upaya untuk mencerminkan relevansi global. Drama Korea belakangan ini kerap mengangkat isu internasional untuk memperluas daya tariknya di pasar global.

Penyisipan isu seperti penculikan warga Korea di zona konflik mencerminkan kekhawatiran nyata, terutama bagi warga Negara Korea yang sering menjadi korban dalam situasi global penuh ketegangan. Selain itu pemilihan nama seperti Paltima dan Izmael mungkin dimaksudkan untuk menghindari langsung menyinggung pihak tertentu.

Meski begitu, efeknya justru memancing interpretasi dari penonton. Adegan ini menuai beragam reaksi dari warganet. Beberapa di antaranya menyatakan:

"Mengapa Paltima digambarkan sebagai pihak penyerang? Bukankah konflik Palestina-Israel jauh lebih rumit?"

"You guys are bringing up sensitive topics and twisting the facts, disappointed."

Sementara itu, beberapa kritikus memuji keberanian drama ini untuk mengangkat isu global, meski mengakui penggunaan nama-nama fiktif tersebut dapat dengan mudah disalahartikan. (Yunita Ashari)

(and_)