Hard News

Banyumas Tingkatkan Upaya Tekan Kematian Ibu dan Bayi: Fokus pada Penanganan Risiko Tinggi dan Edukasi

Nasional

29 Juli 2025 16:47 WIB

Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Solotrust.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas, Jawa Tengah, terus memperkuat berbagai strategi untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di wilayahnya. Upaya ini menjadi prioritas serius di sektor kesehatan setempat.

Melansir antaranews, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas, Widyana Grehastuti dalam Sarasehan Bersama Bupati Banyumas, Jumat (25/07/2025), mengungkapkan hingga semester pertama 2025, tercatat 9.197 ibu hamil. Adapun dari jumlah itu, 2.790 ibu hamil atau sekira 30,33 persen masuk kategori berisiko tinggi.



Data menunjukkan adanya sembilan kasus kematian ibu dengan delapan kasus terjadi pada masa nifas dan satu saat persalinan. Usia ibu yang meninggal bervariasi, mencakup lima orang berusia 20 hingga 35 tahun, tiga orang di atas 35 tahun, dan satu orang di bawah 20 tahun.

Penyebab langsung kematian meliputi pendarahan postpartum (tiga kasus) dan preeklamsia/eklampsia (dua kasus). Sementara penyebab tidak langsung antara lain penyakit ginjal kronis, emboli air ketuban, syok septik, dan thyroid storm.

Menanggapi kondisi ini, Dinkes Banyumas telah menyusun enam rencana tindak lanjut berdasarkan hasil Audit Maternal Perinatal Surveilans Respons (AMPSR) semester pertama 2025.

Rencana itu meliputi reviu pedoman terkait preeklamsia, emboli air ketuban, dan induksi persalinan. Monitoring dan evaluasi layanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di fasilitas kesehatan. Skrining kelayakan hamil bagi calon pengantin dan wanita usia subur. Intervensi khusus untuk kehamilan pada remaja. Standarisasi keterampilan tim gawat darurat di rumah sakit. Usulan penganggaran terintegrasi untuk kegiatan konvergensi AKI-AKB/Kesehatan Reproduksi.

Selain itu, angka kelahiran hidup tercatat 8.567 bayi, di mana 8,69 persen (745 bayi) lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan 21,47 persen (1.840 bayi) memiliki panjang badan kurang dari 48 sentimeter. Total kasus kematian bayi mencapai 114 kasus dengan puncaknya pada April (33 kasus), sebagian besar disebabkan infeksi, gangguan pernapasan, dan BBLR.

Sementara untuk menekan AKB, Dinkes Banyumas berencana mengadakan pelatihan penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi, resusitasi neonatus bagi tenaga kesehatan, serta pelaksanaan drill emergency berkala. Edukasi masyarakat mengenai pneumonia, pengadaan T-piece resuscitator, dan penguatan sistem rujukan neonatal juga menjadi fokus.

Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, menekankan pentingnya penanganan dini dan optimal, termasuk penyediaan ruang rawat inap di setiap puskesmas. Pihaknya juga menyoroti kehamilan pada anak usia dini dan meminta data terkait untuk intervensi lebih lanjut. Pemkab Banyumas bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan Dinas Pendidikan (Dindik) untuk memperkuat intervensi melalui kurikulum dan pembinaan masyarakat.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas, Ibnu Asadudin, menyatakan kesiapannya mendukung program ini melalui sosialisasi dan bimbingan bagi calon pengantin serta remaja usia nikah. Kemenag juga telah menyiapkan sekira 500 penyuluh untuk bekerja sama dengan Dinkes di seluruh desa. (Annabatista Bria)

*) Sumber

(and_)