SOLO, solotrust.com- - Revolusi industri 4.0 diprediksi akan menghilangkan 35 persen jenis pekerjaan di dunia pada 2025. Artinya, para generasi milenial yang masih menempuh pendidikan harus bersiap-siap menghadapi berbagai jenis pekerjaan baru. Belum lagi, arus globalisasi yang mengharuskan mereka bersaing dengan pekerja dari negara lain.
Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Kemendikbud, Ir. Hendraman, MSC, Ph.D mengatakan, generasi yang berkarakter diyakini lebih mampu untuk menyelesaikan permasalahan di sekitarnya.
Baca juga:Generasi Milenial Butuh Pendidikan yang Tak Sekedar Mencerdaskan
Peserta didik harus dibekali ketrampilan, kompetensi dan karakter yang seimbang untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja dunia. Di sinilah, pentingnya peran pendidik atau pengajar untuk memberikan proses pembelajaran yang berkualitas, bukan hanya sekedar menghasilkan peserta didik yang cerdas secara akademis.
Dengan kata lain, pembelajaran yang diberikan harus dapat membekalkan kemampuan yang dibutuhkan pada Abad ke-21. Salah satunya yaitu keterampilan 6 literasi dasar yang meliputi bahasa, numerasi, sains, budaya, digital dan finansial.
Berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi dan kemampuan berkomunikasi juga disebutkan sebagai kompetensi yang diperlukan peserta didik, agar dapat menghadapi tantangan dan masalah yang kompleks. Kemampuan berpikir kritis penting dikuasai supaya bisa mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan sehingga mereka mampu menciptakan solusi yang tepat.
Pelaksanaan program pendidikan berkarakter sendiri sudah memiliki payung hukum yang kuat. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo tentang menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Adapun tujuan PPK ini adalah untuk membangun dan membekali siswa sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045.
Namun masalahnya, tenaga pendidik yang ada saat ini kebanyakan merupakan generasi lama yang gagap teknologi dan memiliki gaya mengajar fokus pada teori. Sementara generasi milineal ingin belajar menggunakan serba teknologi.
"Karena itu, guru harus juga milenial untuk mengatasi generasi milenial. Guru juga harus menguasai 4 kompetensi tersebut," tutup Hendraman. (mia)
(wd)