JAKARTA, solotrust.com - Komunitas Anak Indigo dan Indigo and More menyampaikan keberatan terhadap program siaran “Karma” di ANTV. Penggunaan orang indigo (orang dengan kemampuan spesial atau tidak biasa hingga supranatural) dalam program ditayangkan setiap hari itu dapat membentuk stigma publik yang dianggap akan mengganggu mereka.
Ketua Komunitas Anak Indigo, Rizman Gumilang, mengatakan kekhawatiran utama adalah acara itu dapat membentuk framing.
“Akan muncul pertanyaan dari masyarakat kepada kami. Bisa lihat ya? Ini kan mengganggu kami karena masyarakat menilai kami seperti paranormal,” jelasnya, saat beraudiensi dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di Kantor KPI Pusat, Selasa (22/05/2018).
Rizman Gumilang menjelaskan, tidak semua orang indigo memiliki kemampuan melihat sesuatu tak kasat mata, mampu meramal masa depan serta masa lalu, termasuk membaca angka. Orang indigo terdiri dari berbagai macam kemampuan.
“Adapun pendekatan yang dilakukan komunitas kami dengan cara ilmu pengetahuan. Kami ingin meliterasi hal itu,” kata dia, dilansir dari laman resmi KPI, kpi.go.id, Rabu (23/05/2018).
Menurut Rizman Gumilang, awalnya mereka tidak tertarik dengan tayangan program Karma. Namun dalam salah satu episode, terdapat siaran membuat mereka kurang nyaman perihal buka aib masa lalu orang lain.
“Kok aib mudah diumbar. Kami anggap ini tidak pantas dilakukan, apalagi oleh media penyiaran. Apalagi ini ada bumbu-bumbu mistisnya,” keluhnya di depan Komisioner KPI Pusat yang hadir.
Sementara itu, Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano, menyampaikan apesiasi atas masukan Komunitas Anak Indigo. Menurutnya, sikap kritis pada media harus ditumbuhkan.
“Setiap masukan dari publik akan kami sampaikan ke lembaga penyiaran agar mereka dapat berkreasi dan kreatif lagi,” tuturnya.
(and)