Hard News

Isu Awan Gempa di Jogja, Ini Tanggapan BMKG

Hard News

08 Juni 2018 15:31 WIB

(Dok Grup Facebook Kota Jogja)

YOGYAKARTA, solotrust.com – Belakangan warga Yogyakarta sempat dihebohkan dengan kemunculan awan unik berbentuk garis horisontal panjang di atas Gunung Merapi. Penampakan awan itu diunggah di laman Facebook grup Kota Jogja pada 2 Juni 2018.

Penampakan awan tersebut ditambahi pula dengan sebuah tulisan dari seorang pengguna Facebook, yang mengatakan bahwa munculnya awan itu menjadi salah satu tanda alam akan datangnya gempa.



Menanggapi hal itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan. Deputi Bidang Geofisika Muhamad Sadly dalam keterangan resminya, Jumat (8/6/2018) menjelaskan, belum ada teori ilmiah yang dapat dijadikan rujukan atas fenomena awan yang dihubungkan dengan prakiraan akan terjadinya gempa bumi.

“Apalagi sudah disimpulkan secara deterministik disebutkan akan terjadi gempa bumi besar dalam waktu 2-3 hari ke depan. Memang ada beberapa paper yang menghubungkan fenomena awan dengan kejadian gempa bumi tektonik, tetapi hal itu masih sebagai hipotesis,” paparnya.

Dalam meteorologi disebutnya, syarat terbentuknya awan harus ada uap air yang cukup, temperatur lingkungan rendah, adanya aerosol (polutan) dan ketidakstabilan atmosfer.

“Apakah syarat terbentuknya awan tersebut sudah terpenuhi saat gambar diambil? Hal ini tidak dijelaskan dalam gambar tersebut,” tanyanya.

Sadly memaparkan, berdasarkan hasil monitoring dan analisis magnet bumi, TEC dan Radon milik BMKG di Yogjakarta (Sleman, Pundong, dan Piyungan) tidak menunjukkan adanya tanda awal (Anomaly) akan terjadi gempa bumi pada tanggal 1 Juni 2018 maupun beberapa hari sebelumnya.

“Awan garis lurus yang memanjang dari barat ke timur diperkirakan terbentuk oleh lintasan pesawat, hal ini sesuai dengan ciri ketebalan awan dari barat ke arah timur yang semakin tebal sesuai dengan arah jalannya pesawat, waktu kemunculan awan yang singkat dan panjangnya lintasan,” terangnya.

“Awan garis lurus pada gambar tersebut di atas bukan merupakan awan gempa dan tidak berkorelasi dengan terjadinya gempa bumi sebagaimana yang diisukan,” tegasnya kembali.

(way)