SOLO, solotrust.com - Berawal dari keprihatinan terhadap keberadaan limbah kain yang susah terurai di lingkungan masyarakat, tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo membuat ide bisnis tas serut.
Tas yang diberi nama Tas Baju Cantik (TBC) ini dibuat dengan memanfaatkan limbah baju bekas. Hal ini dilakukan sebagai upaya meminimalisir keberadaan limbah kain.
Melalui sarana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNS 2018, mereka mengolah limbah kain berupa baju bekas untuk dikreasikan melalui daur ulang menjadi barang bernilai jual tinggi.
Tiga mahasiswa FIB UNS Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) antara lain Bayu Aji Prasetya (Sastra Indonesia 2016), Siti Muldiatun Nasikhah (Sastra Indonesia 2016), dan Dwi Apri Kurniawan (Sastra Indonesia 2017).
Menurut Bayu, pemanfaatan limbah kain di masyarakat umumnya hanya sebatas untuk keset atau lap, dan belum berpikir untuk memanfaatkannya sebagai barang daur ulang bernilai jual tinggi.
“Masyarakat biasanya memanfaatkan kain atau baju bekas sebatas sebagai keset atau lap, bahkan masyarakat kelas atas biasanya baju bekas langsung dibuang begitu saja,” ungkap Bayu kepada wartawan di Kampus UNS Surakarta, Jumat (3/8/2018).
Bayu beranggapan, hasil produk berupa tas serut yang diberi nama TBC ini selain memiliki nilai jual yang tinggi, juga cocok untuk dibawa berpergian ke mana pun, sebab bentuknya yang simpel dan tidak terlalu besar ukurannya. Produk tas ini juga memiliki ciri khas yaitu mempertahankan desain asli baju.
“Keunggulan produk kami dibanding produk sejenis yang lainnya yaitu dari segi desain, karena produk TBC ini mempertahankan desain asli baju, yakni masih ada kancingnya, kerahnya, dan sakunya yang menjadi ciri khas produk ini dan tidak dimiliki produk lain,” jelasnya.
Dengan penambahan lapisan furing di lapisan dalam tas, membuat TBC ini nyaman digunakan untuk aktivitas sehari-hari. “Karena sudah dilapisi dengan furing kekuatannya bakal dua kali lipat dari tas yang tidak ada furingnya,” tutur Bayu.
Bersama kedua rekannya, Bayu berharap produk TBC ini dapat dikenal masyarakat luas dan mampu bersaing dengan produk-produk serupa. Selain itu, ke depan limbah-limbah kain dapat dikembangkan menjadi berbagai macam bentuk dan jenis, bukan hanya berupa tas.
“Kami ingin tetap memprioritaskan dari segi ramah lingkungan, karena kami memanfaatkan bahan-bahan dari baju dan kain bekas agar meminimalisir limbah kain yang ada di Indonesia,” tandas Bayu. (adr)
(way)