SOLO, solotrust.com – Penelitian terhadap bulan terus dilakukan. Baru-baru ini para ilmuwan mengungkap bukti definitif tentang adanya cairan es di permukaan satelit bumi.
Melansir BBC News, Kamis (23/08/2018), endapan es ditemukan di kutub Utara dan Selatan, kemungkinan berasal dari zaman purba. Distribusi endapan es tidak merata. Di kutub Selatan bulan, sebagian besar es terkonsentrasi di kawah, sementara di kutub Utara, keberadaan es terlihat lebih jarang dan lebih tersebar luas. Alat Moon Mineralogy Mapper (M3) di Chandrayaan-1 spacecraft mengidentifikasi tiga tanda khusus cairan es di permukaan bulan.
M3 tidak hanya mengambil sifat reflektif yang diharapkan dari es, namun mampu mengukur secara langsung cara khas molekulnya menyerap cahaya inframerah. Ini berarti bisa membedakan antara cairan dan uap serta es padat.
Suhu di bulan dapat mencapai 100C yang membakar di siang hari. Ini tentu saja tidak memberikan kondisi terbaik bagi kelangsungan permukaan es. Namun karena posisi bulan miring pada porosnya sekira 1,54 derajat, ada tempat di kutub bulan yang tidak pernah melihat siang hari.
Para ilmuwan memerkirakan, suhu di kawah bayangan permanen di kutub bulan tidak naik di atas -157C (-250F). Ini akan menjadikan lingkungan di mana endapan es-air bisa tetap stabil untuk waktu lama.
Hasil penemuan ini mendukung kajian cairan es permukaan di kutub Selatan bulan yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun, hasil tersebut berpotensi dijelaskan oleh fenomena lain seperti tanah bulan yang sangat reflektif.
Jika ada cukup es di permukaan, kemungkinan dapat diakses sebagai sumber daya untuk misi manusia ke bulan di masa depan. Es berpotensi diubah menjadi air minum bagi penghuni pangkalan bulan ataupun diurai menjadi hidrogen dan oksigen untuk bahan bakar roket. Oksigen split juga bisa digunakan astronot untuk bernapas.
Berdasarkan penelitian, selain di permukaan bulan, cairan es juga ditemukan di badan tata surya lainnya, seperti di kutub Utara planet Merkurius dan di planet kerdil Ceres.
(and)