Serba serbi

Aroma Karsa Karya Dee Lestari Jadi Book of the Year 2018

Musik & Film

13 September 2018 20:07 WIB

Aroma Karsa dianugerahi penghargaan Book of the Year 2018 dari IKAPI (Dok. Instagram @deelestari)

Solotrust.com – Jika tahun lalu buku ‘Happy Little Soul’ dari Retno Hening berhasil mendapatkan penghargaan sebagai ‘Book of the Year’ dari Ikatan Penerbit Penerbit Indonesia (IKAPI), maka tahun ini predikat tersebut disematkan untuk buku ‘Aroma Karsa’ karya Dee Lestari.

Melalui akun Instagram pribadinya, penulis terkenal ini memposting dirinya yang tengah memegang plakat yang menunjukkan bukunya dianugerahi penghargaan tersebut.



“Sungguh sebuah kehormatan #AromaKarsa dianugerahi Book of the Year 2018. Terima kasih IKAPI atas apresiasi ini...,” tulis Dee Lestari dalam akunnya @deelestari (12/9/2018).

Dalam postingannya, Dee juga menyampaikan terimakasih untuk pihak-pihak yang telah mendukung bukunya tersebut, seperti Bentang Pustaka, @bookslifeco yang telah “melahirkan” ‘Aroma Karsa’ dalam bentuk digital, semua toko buku yang telah mengantarkan ‘Aroma Karsa’ kepada para pembaca dan juga semua pecinta buku dimanapun berada.

“Karena pembaca, pekerjaan kami memiliki makna. This is to all of us!,” tulisnya di akhir postingan.

Sebelum hadir dalam versi cetak, ‘Aroma Karsa’ memang rilis dalam format digital terlebih dahulu. ‘Aroma Karsa’ versi digital sendiri dibuat dalam format cerita bersambung (cerbung). Novel digital ini bisa diakses dengan berlangganan melalui http://bookslife.co.

Ada 18 bagian dalam novel ini dan bagian pertama rilis perdana pada 18 Januari 2018 lalu. Baru kemudian novel tersebut hadir di toko buku secara fisik pada Maret 2018.

Dee sendiri sengaja memilih tema aroma dalam karya barunya ini, karena aroma adalah hal yang telah memikatnya sejak kecil.

“Indra penciuman adalah indra pertama yang terbentuk di janin, yang paling kuat memicu memori dan emosi, sekaligus yang paling sedikit dipahami. Saya pun mengamati deskripsi melalui jalur penciuman minim digarap di fiksi, kalah jauh dibandingkan deskripsi lewat visual dan jalur indrawi lainnya. Karya fiksi yang mengambil aroma sebagai tema sentral juga tidak banyak. Semua alasan itulah yang menjadikan cerita ini tantangan mengasyikkan bagi saya”, ungkapnya dalam sebuah postingan di Instagramnya.

Dalam penulisannya, Dee pun mengungkapkan telah melakukan serangkaian riset. Proses riset ‘Aroma Karsa’ dimulai dari memborong buku-buku dengan topik seperti sains, olfaktori, parfum, fiksi bertemakan penciuman sampai kisah nyata ekspedisi mencari tanaman.

Sekedar informasi, Gunung Lawu menjadi salah satu setting dari ‘Aroma Karsa’. Dee pernah mengungkapkan dalam instagramnya bahwa keindahan, sejarah, misteri, dan kesesuaian “profil” Gunung Lawu dengan jalan cerita yang ia susun akhirnya membuatnya memilih Gunung Lawu sebagai setting. Dee sendiri sebelumnya pernah berangkat langsung ke Gunung Lawu dan pulang membawa begitu banyak bahan menarik untuk bisa diolahnya menjadi sebuah cerita.

Selain langsung melakukan riset ke Gunung Lawu, Dee juga telah berkonsultasi dengan ahli epigrafi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI) dan juga dengan Ketua Program Studi Sastra Jawa UI untuk penterjemahan Bahasa Jawa Kuno. Dee juga telah melakukan riset degan pembalap Ananda Mikola karena ada adegan dalam sirkuit novel tersebut.

“Cerita ini akan membawa kalian menjelajahi spektrum aroma yang luas, dari mulai yang terbusuk hingga yang terindah. Cerita ini bakal menyeret kalian dari benderang masa kini ke buramnya legenda ribuan tahun. Cerita ini akan mengajak kalian ke berbagai tempat, dari mulai Bantar Gebang di Bekasi, Grasse di Prancis, hingga tempat yang paling antah berantah. Cerita ini juga akan menyuguhi kalian petualangan, misteri, kisah cinta. Bersiaplah. #Addeection”, tulis Dee dalam salah satu postingan Instagramnya yang lain sebelum ‘Aroma Karsa’ rilis.

Mengenai profil Dee Lestari sendiri, para pecinta novel tentu tidak asing lagi dengan karya-karyanya. Sebut saja ‘Supernova’, ‘Rectoverso’, ‘Perahu Kertas’ dan ‘Filosofi Kopi’.

Karir menulis perempuan lulusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Parahyangan ini dimulai dari novel ‘Supernova’ yang begitu populer di tahun 2001. ‘Supernova’ sampai saat ini punya 6 seri dan terjual sekitar 75.000 eksemplar bahkan tembus pasar internasional. Novel bertema cinta yang bertemu dengan sains ini difilmkan dengan judul sama yang dibintangi Herjunot Ali dan Raline Shah pada 2014.

Selain ‘Supernova’, Dee juga menulis kumpulan prosa dan puisi berjudul ‘Filosofi Kopi’ (2003). ‘Filosofi Kopi’ menceritakan perjuangan seorang pria yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap kopi dan kemudian memaknai kopi dari sudut pandang kehidupan. Karya ini difilmkan tahun 2015 dengan judul sama dan dibuat sekuelnya yakni ‘Filosofi Kopi 2: Ben & Jody’ yang tayang pada 21 Juli 2017 lalu.

Bukan Dee namanya jika tidak menciptakan karya kreatif. Pada 2008, keluarlah perpaduan fiksi dan musik yang bernama ‘Rectoverso’. Difilmkan dengan judul yang sama pada 2013, ‘Rectoverso’ adalah film antologi bernuansa cinta. Film ini terdiri dari 5 sekmen. Mungkin masyarakat lekat dengan lagu “Malaikat Juga Tahu” yang merupakan salah satu sekmen dalam film ini.  Karya lain Dee yakni ‘Perahu Kertas’ yang keluar pada 2009 dan juga difilmkan dengan judul sama. Diperankan Maudy Ayunda dan Adipati Dolken, film tersebut rilis pada tahun 2012. (Lin)

()