Ekonomi & Bisnis

UMKM Harus Gesit Berinovasi atau Bakal Tertinggal

Ekonomi & Bisnis

13 Oktober 2018 18:04 WIB

Retno Tanding (kiri) dalam konferensi internasional 7th UNS Small Medium Enterprise Summit and Awards 2018. (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com - Berinovasi atau tertinggal, itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan pentingnya untuk berinovasi di era disrupsi saat ini. Tak terkecuali bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Berbicara soal inovasi produk UMKM di era disrupsi, Retno Tanding S SE ME PhD selaku dosen Fakultas Ekonomi &  Bisnis UNS mengatakan bahwa Jepang masih menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan inovasi tertinggi di Asia pada 1991-2011 berdasarkan data World Bank.



"Malaysia punya pengalaman dalam meningkatkan jumlah inovasi. Kemudian Jepang dan Korea masih yang terbesar dalam pertumbuhan inovasi," kata Retno Tanding sambil menunjukkan beberapa grafik saat presentasinya konferensi internasional 7th UNS Small Medium Enterprise Summit and Awards 2018 yang bertajuk "Enhancing Small Medium Enterprise Competitiveness Based on Creative Economy in Innovation Disruption" di Hotel UNS Inn, Kamis (11/10/2018).

Sedangkan Indonesia, berdasarkan grafik, masih tertinggal jauh dari kedua negara tersebut. Padahal di era sekarang ini, perusahaan dituntut harus semakin berani menggali ide baru agar tidak tergilas perubahan.

"Misalkan dengan memanfaatkan potensi teknologi," tuturnya.

Selain Retno, hadir sebagai pemateri Prof Ishak Bin Yussof (Ketua ICD UKM Malaysia), Dr Tai Wan Ping (Cheng Shiu University, Taiwan), serta Prof Warapon Boonsuthip (Departement of Food Science and Technology, Thailand).

Prof Warapon memberikan gambaran bagaimana produk makanan akan berubah di masa depan karena kemajuan teknologi. Ia mengatakan, ke depannya bakal ada printer makanan 3D, yang mana setiap keluarga dapat memproduksi makanannya sendiri. Bahkan juga bisa menentukan bahan dan kadar nutrisinya sendiri.

"Program printer ini bisa dengan spesifik menentukan bahan, nutrisi dan desain, bisa print steak, mi, atau makanan lainnya," kata Prof Warapon.

Ia membeberkan, pemanfaatan teknologi dalam memproduksi inovasi produk makanan ini sudah dilakukan oleh produsen makanan ternama, Nestle. Kata dia, Nestle menggabungkan antara kecerdasan buatan (AI) dengan DNA untuk menghasilkan produk makanan sehat yang dibutuhkan per individu.

Warapon menerangkan, setiap manusia memiliki kondisi tubuh yang berbeda sehingga perlu makanan yang berbeda pula. "Jika apa yang dimakan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka kondisi kesehatannya juga akan baik. Hasilnya, manusia pun diprediksi bisa hidup lebih lama yakni lebih dari 100 tahun," urainya.

Belajar dari hal itu, Retno kembali mengatakan UMKM di Indonesia perlu memahami pasar, khususnya apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan target konsumen, sebelum menciptakan produk inovasi.

Selain itu, kelincahan dalam pemanfaatan teknologi dan kolaborasi juga dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk UMKM di era inovasi disruptif.

"Mengutip kata Pak Presiden (Joko Widodo), berkolaborasi adalah kunci untuk memajukan bisnis, meskipun pada akhirnya saling menyingkirkan satu sama lain," tutur Retno. (adr)

(way)