Pend & Budaya

Orang Mesir Ini Buat Metode Belajar Aksara Jawa dengan Perumpamaan

Budaya

05 Desember 2018 06:03 WIB

Mahmud Hamzawi Fahim Usman (Dok solotrust.com)

SOLO, solotrust.com – Seorang berkewarganegaraan Mesir membuat sebuah metode unik pembelajaran aksara Jawa. Mahmud Hamzawi Fahim Usman, menggunakan perumpamaan gambar dan angka untuk menghafal huruf-huruf Jawa.

Ia mengungkapkan, metode ini bermula dari kegelisahan sang anak yang kesulitan mengerjakan tugas sekolah menghafal aksara Jawa. Melihat hal itu, pria yang kini tinggal di Kota Solo ini mengajarkan metode perumpamaan kepada sang anak, Lukman, yang kala itu duduk di kelas 4 SD.



“Saya sempat belajar aksara Jawa (saat kuliah di UMY), namun tidak ada rencana untuk menciptakan metode penyederhanaan. Karena (takutnya) seolah-olah saya campuri urusan orang lokal,” katanya dalam sebuah wawancara dengan solotrust.com di Kantor TATV Solo, Selasa (4/12/2018).

“Mereka (anaknya) ada masalah mengafal aksara Jawa. Gara-gara kesulitan mereka, itu saya merasa terpanggil harus menciptakan metode. Seandainya tidak ada anak saya yang terlibat, mungkin cukup saya menguasai saja tanpa menciptakan metode baru,” sambungnya.

Mahmud mulai menempuh pendidikan di Indonesia sejak tahun 2006 silam. Selang setahun, ia mempersunting wanita Solo hingga dikaruniai tiga orang anak.

Sebelumnya, ia menjalani pendidikan setara strata 1 di Al-Azhar jurusan Bahasa Inggris. Karena menyukai belajar bahasa, ia lantas mengikuti kursus Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Kebudayaan Indonesia di Kairo.

Karena lulus dengan predikat cumlaude, pria kelahiran 5 Januari 1975 itu mendapat beasiswa untuk melanjutkan program magister dan doktor di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Selama di Indonesia, ia mengaku banyak belajar mengenai tradisi di Jawa. Kecintaannya pada aksara Jawa pun timbul karena kegelisahannya pada budaya ini yang dianggapnya hanya sebagian kecil orang saja yang menguasainya. Menurutnya, aksara Jawa merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan layaknya aksara Arab di negaranya.

Untuk itu, ia membuat metode perumpamaan aksara Jawa dengan gambar-gambar agar orang-orang kepencut untuk belajar lebih dalam budaya nenek moyang yang satu ini.

Ia menjelaskan, metode ini menggunakan berbagai perumpamaan gambar agar seseorang lebih mudah mengingat aksara Jawa. Menurutnya, dari 20 aksara Jawa beserta pasangan-pasangannya, bisa disederhanakan ke dalam 11 komponen saja.

“Semua komponen hanya berulang saja, ganti tempat dan posisi,” ujarnya. Untuk itu ia tergugah untuk memberi nama masing-masing komponen tersebut. Ada tiga metode yang ia gunakan, yakni perumpamaan dengan unsur alam, angka, dan jalan raya.

Ia mencontohkan, ada beberapa komponen gambar yang digunakan antara lain pohon, jalan tol, padi, buah, hingga bukit. Ia sengaja memilih berbagai unsur-unsur itu sebagai perumpamaan karena lebih dekat dan luwes.

Mahmud merinci, misalkan huruf Ha dalam aksara Jawa, bisa diumpamakan “Harumnya Pohon di Tanah Padi2”. Kemudian huruf Na dengan “Nangka itu adalah Pohon di Bukit Pohon BerBuah”. Misalnya lagi untuk huruf Ca, diumpamakan dengan “Cari Pohon BerBuah di Bukit Burung”.

Komponen huruf yang memiliki bentuk naik melingkar disebutnya dengan pohon, komponen yang tampak sebagai garis penyambung paling bawah disebutnya tanah, komponen yang tampak seperti huruf  latin /r/ terbalik atau huruf latin /m/ atau huruf /n/ disebutnya padi, komponen yang seperti bulat disebutnya buah.

Kemudian komponen yang tampak seperti garis penghubung tengah disebutnya bukit, komponen yang tampak seperti kepala burung garuda disebut burung, dan beberapa perumpamaan lainnya.

Dengan menggunakan perumpamaan seperti itu, menurutnya, seseorang bisa dengan cepat menghafal aksara Jawa.

Perumpamaan itu, tuturnya, tidaklah bersifat baku dan mutlak. Setiap orang yang ingin belajar metode ini bisa mengumpamakan dengan gambar lainnya. Namun baginya, perumpamaan dengan menggunakan unsur alam bisa lebih lekat di ingatan seseorang.

Saat ini, Mahmud tengah menyusun metode itu dalam sebuah buku panduan. Ia berharap, metode perumpamaan seperti ini bisa diterapkan juga di sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

(way)