Ekonomi & Bisnis

Tarif Rumah Sakit dan Rokok Sebabkan Inflasi

Ekonomi & Bisnis

24 Januari 2019 12:14 WIB

Pj Sekda Pemkot surakarta, Untara.

SOLO, solotrust.com- Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, Untara, mengapresiasi sinergi antara Bank Indonesia dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan yang lain dalam upaya melakukan pengendalian inflasi terutama menjaga stabilitas harga barang-barang pokok.

"Saya berterima kasih, antara Bank Indonesia dan pemerintah kota Solo kerjasamanya baik, inovatif dan kreatif. Sehingga selalu setiap saat ada komunikasi dan cepat tanggap, dan mudah menyampaikan soal pengendalian harga," tuturnya pada solotrust.com.



Pihaknya mengaku kaget, ada beberapa faktor yang terlihat sepele tapi ternyata berpengaruh pada tingkat inflasi. Salah satunya adalah omset penjualan rokok ternyata menyebabkan inflasi tinggi. Pihaknya mengaku telah bertanya pada Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta, mengapa rokok bisa menyumbang inflasi tinggi.

Ternyata berdasarkan survei yang dilakukan, banyaknya jumlah wedhangan yang tersebar di kota Solo menjadi salah satu pemicunya.  Di mana para pengunjung atau tempat nongkrong yang lain, kebanyakan merokok. Sehingga berpengaruh pada tingginya konsumsi rokok dan berdampak pada inflasi.

Sedangkan salah satu penyebab inflasi menjadi tinggi yang harus diwaspadai tahun ini, berdasar catatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta, adalah tarif rumah sakit. Pihaknya pun akan berupaya untuk mengimbau rumah sakit agar tidak terlalu tinggi biayanya. Terlebih di Solo ada rumah sakit Ngipang dan sebentar lagi rumah sakit di Semanggi Solo .

Terkait program 4K yang akan tetap ditekankan oleh BI pada tahun ini, khususnya dari segi kelancaran distribusi, pihak Pemkot juga mengupayakan dari segi infrastruktur. Untuk tahun ini, dilakukan proses penyelesaian jembatan yang menghubungkan wilayah Solo Utara dan Solo Selatan.

Kata Untara, perbaikan jembatan di dekat Terminal Tirtonadi Solo sudah selesai dilakukan. Selanjutnya perbaikan menyasar jembatan merah yang terletak di timur perempatan Ngemplak. Selanjutnya, diperhatikan juga konektivitas beberapa jembatan kecil salah satunya jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan Lawean dan Sukoharjo.

"Jangan sampai mengganggu nanti distribusi barang-barang yang masuk ke kota Solo dan sudah dikoordinasikan sedemikian rupa," imbuhnya.

Menurut Untara, pada prinsipnya berbagai upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia sebagai bagian dari TPID sudah cukup luas pada tahun 2018. Salah satunya ada pasar murah seperti pasar Mirunggan yang ternyata sangat penting saat lebaran dan Natal dalam rangka untuk stabilisasi harga bahan-bahan pokok.

"Masyarakat harus mengerti bahwa Bank Indonesia dan pemerintah sudah sedemikian rupa mengatasi inflasi. Sehingga masyarakat harus membantu supaya inflasi tidak naik," pungkasnya. (Rum)

(wd)