SOLO, solotrust.com – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendorong pemerintah daerah untuk bergabung dalam Milan Urban Food Policy Pact (Pakta Milan) yang concern dalam isu pangan global.
Hal itu diungkapkan Sudaryatmo, Pengurus Harian YLKI yang berkantor di Jakarta saat mengisi dialog Multistakeholder untuk membahas inisiasi Solo Kota Cerdas Pangan di Solo, Selasa (22/1/2019) hingga Kamis (24/1/2019). Solo menjadi salah satu kota yang didorong untuk ikut bergabung dalam Pakta Milan.
Menurutnya, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kota cerdas pangan, di antaranya kolaborasi antara pemerintah dengan sektor swasta dan LSM untuk mengelola makanan berlebih, kemudian pengolahan pangan sehat seperti kantin sehat, penyadaran konsumen seperti dengan berbagi makanan dan stokist pangan sehat.
Selain itu juga ada gerakan urban farming pengembangan pertanian perkotaan, agar rumah tangga bisa budidaya sayuran secara mandiri untuk konsumsi rumah tangga.
Beberapa negara di Amerika Serikat, sebutnya, mengampanyekan mengenai food recovery hierarchy telah diebarluaskan kepada masyarakat. Hal itu mengedepankan pengurangan sampah makanan dan menjadikan penimbunan di landfill (TPA) sebagai opsi yang paling dihindari.
Sebagai contoh lain, Singapura telah melakukan pilot project daur ulang sampah makanan menjadi bahan kompos dan pembangkit energi pada tahun 2010.
“Saat ini 50 persen penduduk dunia tinggal di kota, diproyeksikan pada tahun 2050 lebih banyak lagi mencapai 70 persen penduduk dunia tinggal di kota. Berangkat dari hal itu, isu pangan menjadi perhatian khusus dari sisi ketersediaan bahan pangan, mutu dan harga,” tandasnya.
Pakta Milan bermula dari sebuah konferensi food smart city pada tahun 2014 lalu di Johanesburg, Afrika Selatan. Wali Kota Milan mempunyai usulan tentang food smart city, kemudian pada Oktober 2015 ditandatangani Pakta Milan. Sejauh ini sudah ada 180 kota di dunia yang bergabung dalam Pakta Milan yang didominasi kota-kota di Benua Eropa dan Amerika.
(way)