Hard News

Pluralisme dan Persatuan dalam Haul ke-9 Gus Dur di Solo

Jateng & DIY

24 Februari 2019 14:06 WIB

Haul ke-9 Gus Dur di Stadion Sriwedari, Solo, Sabtu (23/2/2019) malam. (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com - Puncak Haul ke-9 Kanjeng Pangeran Ario (KPA) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar di Stadion Sriwedari, Laweyan, Solo, Sabtu (23/2/2019) malam.

Puluhan ribu jemaah memadati kawasan Stadion Sriwedari sejak sore. Mereka berasal dari berbagai daerah di Solo Raya dan sekitarnya untuk mengikuti acara doa dan mengenang perjalanan Gus Dur semasa hidupnya dalam memperjuangkan persatuan dan toleransi di Indonesia. Acara itu dipandu oleh Ngatawi Al-Zastrow.



Sejumlah tokoh pun hadir, seperti Mahfud MD, Gus Mus, putri Gus Dur Yenny Wahid, Ibunda Presiden Jokowi Sudjiatmi Notommiharjo, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo bersama Achmad Wawali Purnomo, dan sejumlah tokoh budaya serta lintas agama lainnya.

Di tengah acara, Wali Kota Surakarta menyanyikan lagu berjudul Tanah Air Beta diiringi saksofon oleh Romo Budi. Keindahan persatuan Haul Gus Dur semakin terpancar ketika ratusan ribu jemaah turut bernyanyi dengan mengangkat dan menyalakan lampu ponsel masing-masing, sambil mengayun-ayunkan tangan di atas mengikuti lantunan lagu. Dalam momen itu, seakan tercurah gambaran Indonesia adalah milik bersama, bukan hanya beberapa golongan.

Mahfud MD dalam pidatonya mengungkapkan kekagumannya pada sosok Gus Dur yang memiliki banyak predikat, yang mula-mula sebagai ulama, negarawan, politisi, budayawan, cendikiawan, dan disebut sebagai bapak plurasime Indonesia hingga bapak demokrasi.

“Gus Dur jebolan pesantren yang sangat cinta dengan negara ini, Gus Dur politisi paling canggih. Istilah bapak pluralisme disampaikan secara resmi pada saat pemakaman Gus Dur di Jombang oleh Susilo Bambang Yudhoyono,” ungkap Mahfud MD di hadapan ratusan ribu jemaah.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu juga menekankan, dalam berdemokrasi tidak boleh ada diskriminasi, sebagaimana yang diajarkan oleh Gus Dur sebagai bapak pluralisme. Seluruh bangsa Indonesia memiliki kebebasan, kesamaan kedudukan, dan jaminan kebersatuan dalam berdemokrasi.

“Di dalam kebebasan harus ada kesamaan perlakuan, kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintahan, selain itu, di dalam kebebasan dan kedudukan yang sama harus ada jaminan kebersatuan. Jangan sampai dirusak, itu pesan Gus Dur,” ujarnya.

Sementara itu, Mustofa Bisri atau Gus Mus dalam pidatonya menyampaikan sindirannya kepada pihak-pihak yang kerap berupaya mengkoyakkan persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia, terutama dalam masa Pemilu 2019 dengan dalih membawa nama agama.

“Pesta demokrasi kok bawa-bawa nama Allah, Allahu akbar kok dinggo tukaran (bersitegang,-red),” ujar Gus Mus disambut tawa puluhan ribu jemaah.

Sementara dijumpai awak media usai acara, Yenny Wahid mengungkapkan apresiasinya terhadap kesediaan warga Solo dan sekitarnya dalam memperingati hari wafatnya mendiang ayahnya dalam Haul ke-9 Gus Dur.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Solo dan sekitarnya yang menyempatkan diri untuk hadir ikut dalam peringatan ini," ujarnya. (adr)


(way)