Hard News

Mengenal Prosesi Panggih, Prosesi Inti Dalam Pernikahan Khas Jawa

Jateng & DIY

8 November 2017 11:14 WIB

Prosesi panggih.

Solotrust.com –Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Maka tak heran dalam tiap prosesinya banyak mengandung makna yang mendalam bagi kedua mempelai. Apalagi jika dilaksanakan dengan adat tradisional, termasuk adat Jawa. Tentulah banyak makna-makna simbolik yang tergambar dalam rangkaian prosesinya.

Setelah kemarin malam (7/11/2017) Kahiyang Ayu melaksanakan prosesi midodareni dan Bobby menyerahkan seserahan atau nyantri, hari ini Rabu (8/11/2017) Kahiyang-Bobby melaksanakan prosesi panggih.



Prosesi panggih merupakan acara puncak dalam tradisi pernikahan adat Jawa. Panggih berasal dari bahasa Jawa yang artinya bertemu. Ya, panggih adalah prosesi bertemunya mempelai pria dan mempelai wanita setelah resmi menikah secara agama/ijab qabul. Jadi upacara panggih hanya boleh dilaksanakan setelah pernikahan secara agama dilakukan.

Dalam panggih ini, biasanya dilaksanakan berbagai prosesi seperti penyerahan sanggan, balangan suruh, timbang pangkon, ngidak endhog, wijikan, tanem jero, kacar-kucur, dulangan, ngunjuk rujak degan dan sungkeman. Kesemua prosesi ini dilakukan untuk kebaikan bersama kedua mempelai. Untuk mengiringi upacara panggih, dilantunkan gending Jawa dari alat musik gamelan.

Dalam prosesi panggih, biasanya dilakukan penyerahan sanggan. Sanggan merupakan simbolisasi untuk menebus pengantin wanita. Wujud dari sanggan adalah satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe. Keseluruhannya ditata dalam satu wadah khusus berupa keranjang anyaman. Pembawa sanggan berada di depan dari rombongan keluarga mempelai pria.

Ada juga prosesi yang bernama balangan suruh/lempar sirih. Daun sirih disini dilinting dengan isi bunga pinang, kapur sirih, gambir dan tembakau hitam kemudian saling dilemparkan kedua mempelai. Prosesi ini merupakan perlambang kedua mempelai harus saling melemparkan kasih sayang dalam berumah tangga.

Selain balangan suruh, ada juga prosesi timbang pangkon. Pada prosesi ini, ayah pengantin wanita duduk di pelaminan dengan posisi lutut tegak siku-siku. Kemudian pengantin pria duduk di paha kanan ayah mertuanya sementara pengantin wanita duduk di paha kaki kiri ayahnya. Makna prosesi ini adalah lambang bahwa kedua orangtua pengantin wanita tidak membeda-bedakan antara anak sendiri maupun menantu.

Selanjutnya biasanya dilaksanakan prosesi wijikan atau juga kerap disebut prosesi ranupadaRanu berarti air dan pada berarti kaki. Sehingga ranupada diartikan sebagai membasuh kaki. Dalam prosesi ini, mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria. Prosesi ini memiliki makna baktinya mempelai wanita kepada mempelai pria serta untuk menghilangkan sukreta atau halangan agar tujuan dalam membina hidup berumah tangga dijauhkan dari mara bahaya.

Prosesi yang lain adalah ngidak endhog (injak telur -red). Pada prosesi ini, pengantin pria berdiri dengan kaki diposisikan menginjak telur yang ditaruh di atas nampan sementara pengantin wanita jongkok di depannya. Upacara ini memiliki makna lambang peralihan masa lajang kedua pengantin yang akan memasuki kehidupan baru yang berat dan penuh tantangan.

Ada juga prosesi tanem jero dimana sesampainya di depan pelaminan, kedua mempelai tetap berdiri berdampingan dengan posisi membelakangi pelaminan atau menghadap tamu undangan. Dengan disaksikan ibu mempelai wanita, ayah mempelai wanita mendudukkan kedua mempelai ke kursi pengantin sambil memegang dan menepuk-nepuk bahu keduanya. Prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai telah “ditanam” agar menjadi pasangan yang mandiri.

Prosesi yang lain adalah kacar-kucur dimana penganti pria mengucurkan beras kuning, kacang, uang logam kepada pengantin wanita. Ini adalah lambang suami bertugas mencari nafkah untuk keluarganya, simbolik dari menyerahkan hasil jerih payahnya pada istrinya.

Prosesi yang jamak ditemui dalam panggih adalah dulangan. Dalam prosesi ini, pengantin pria menyuapi istri begitupun sebaliknya sebanyak 3 kali. Acara ini mengandung makna kedua mempelai harus bisa hidup rukun, saling mengisi, tolong-menolong serta dapat menyatukan keduanya dalam suka maupun duka.

Setelah dulangan, biasanyadilakukan prosesingunjuk rujak degan/minum rujak degan, dimana kedua mempelai dan orangtua mempelai wanita mencicipi rujak deganyakni minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah, sehingga rasanya manis dan segar. Prosesi ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan. Bahwa segala sesuatu yang manis tidak dinikmati sendiri, melainkan harus dibagikan bersama seluruh anggota keluarga.

Prosesi terakhir dalam panggih adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti pada orangtua mereka. Pada prosesi ini, kedua mempelai bersembah sujud kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu serta permohonan maaf atas segala khilaf dan kesalahan. Kedua mempelai memohon doa dan restu kepada orang tua agar menjadi keluarga yang bahagia.

Setelah panggih, barulah mempelai akan melaksanakan resepsi. Pada resepsi ini, kedua mempelai akan menyamali tamu-tamu yang hadir. (berbagai sumber)

 

(Lin-Wd)

(Redaksi Solotrust)