Hard News

Parah...!! Banjir di Viaduk Gilingan, Preman Peras Rp 200 - 300 ribu Dengan Kedok Jasa Dorong Mobil

Jateng & DIY

5 April 2019 10:41 WIB

Viaduk Gilingan, Banjarsari pasca dilakukan penyedotan genangan air, Kamis (4/4/2019).

SOLO, solotrust.com - Banjir yang terjadi di Viaduk, Gilingan, Banjarsari rupanya kerap dimanfaatkan sejumlah preman untuk melancarkan aksinya dengan memeras korban yang mobilnya mogok di tengah banjir. Polisi diminta untuk berpatroli selama masih terjadi genangan air banjir di Viaduk.

Seperti yang terjadi pada Kamis (4/4/2019) pagi. Mulai sekitar pukul 07.00 WIB, akibat hujan deras yang mengguyur Kota Solo sejak dini hari menyebabkan Viaduk tergenang air banjir.



Upaya pegalihan arus lalu kintas sebenarnya sudah dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surakarta, agar pengendara tidak melewati jalur Viaduk, namun beberapa kendaraan masih saja nekat.

Akibatnya, kendaraan mereka tak mampu melintasi Viaduk. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan para preman dengan kedok membantu pengemudi untuk mendorongkan mobil, akan tetapi justru para preman itu dengan sengaja menutup knalpot yang menjadikan mobil mogok, kemudian mereka melancarkan aksinya, mendorongkan mobil dan memeras korban dengan memintai uang sebesar Rp 200 - 300 ribu secara paksa.

Hal itu diungkapkan oleh Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta, Sumarno, yang merasa sedih dan prihatin saat mengetahui perilaku jahat preman tersebut.

"Warga yang mobilnya mogok malah diperas, modusnya mereka berpura-pura menolong warga yang mobilnya terjebak di tengah banjir, saya tahu dengan mata kepala sendiri, mereka mendorong tapi menutup knalpot dengan kaki, dan plat nomor kendaraan juga ada yang mereka ambil, mereka memintanya mengetuk-ketuk pintu mobil bilang uang jasa," kata Sumarno saat ditemui solotrust.com di lokasi Viaduk.

Menurut Sumarno para preman itu berjumlah lima orang dengan tatto di tubuhnya dan ada pelaku yang rambutnya dicat warna merah. Ia pun sempat mencoba mengejar, namun para pelaku berhasil melarikan diri.

"Saya coba kejar tadi, saya beranikan diri karena saya prihatin sedih melihatnya, saya tidak ingin Kota Solo yang kondusif dan warganya terkenal ramah ini tercoreng dengan aksi jahat mereka, saya melihat sendiri tumpukan uang yang mereka peroleh dari hasil memeras, untuk roda 4 mereka minta Rp 200 - 300 ribu, untuk roda 2 Rp 20 ribu. Tadi warga juga teriak ke saya untuk mengawasi," bebernya.

Sebenarnya hal itu sudah lama dikeluhkan oleh warga di Kampung Cinderejo Lor, Gilingan, Banjarsari, Solo. Mereka tidak rela nama kampungnya tercoreng karena ulah preman yang notabene oknum dari wilayah lain.

Bahkan, menurut penuturan salah seorang warga yang mengetahui aksi itu sejak lama, P (49) peristiwa itu puluhan tahun yang lalu terjadi, namun hingga kini rupanya praktik itu masih berlangsung.

"Iya, pemerasan itu sudah lama, padahal bukan warga sini yang berbuat, kami takutnya warga sini yang dikira memeras padahal itu warga utara sungai sebelah, dulu malah warga sini sering berantem, kalau orang sini kan dikasih alhamdulillah tidak dikasih tidak apa-apa, tapi mereka (preman) itu datang menghampiri di pintu sopir meminta uang dan membawa kabur," ungkap P.

Untuk itu, Sumarno maupun warga setempat meminta kepada pihak yang berwenang baik dari Pemkot Surakarta maupun Polresta Surakarta agar mengawasi Viaduk saat terjadi banjir. Harapan utama warga adalah banjir di Viaduk segera ditangani, agar aksi-aksi preman itu tidak terulang dikemudian hari.

"Kami berharap agar Viaduk ini tidak tergenang banjir, yang kemudian dimanfaatkan preman, lalu kaitannya dengan pengamanan dari Pemkot, Satpol PP, Polisi, saat Viaduk kondisinya seperti ini (banjir) lagi, kami minta ada pengontrolan secara continue," harap P. (adr)

(wd)