Serba serbi

“Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”, Tayang Hari Ini

Musik & Film

16 November 2017 12:25 WIB

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak tayang hari ini (16/11/2017) (dok. Instagram @marshatimothy)

SOLO, solotrust.com - Hari ini (16/11/2017), film garapan sutradara muda berbakat peraih piala citra, Mouly Surya mulai tayang di bioskop-bioskop tanah air. Adalah “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”, film yang bercerita tentang bagaimana seorang perempuan menjaga kehormatan dirinya dan juga mencari keadilan.

Sebelum tayang di Indonesia, “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” telah terlebih dahulu melanglang buana di berbagai festival film Internasional di antaranya Cannes Film Festival, Toronto International Film Festival, dan Sitges International Fantastic Film Festival.



Bahkan, dalam Sitges International Fantastic Film Festival yang diselenggarakan 5-15 Oktober 2017 di Spanyol, pemeran Marlina (Marsha Timothy) berhasil menjadi aktris terbaik mengalahkan unggulan lain termasuk Nicole Kidman, Masami Nagasawa, dan Monika Balsai.

"Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” berkompetisi degan 34 film lain termasuk The Killing of a Sacred Deer (Yorgos Lanthimos), Blade of The Immortal (Takashi Miike), dan Before We Vanish (Kiyoshi Kurosawa). Bahkan, film ini juga mendapatkan Special Mention di kategori Focus Asia.

Empat Babak dalam film ini adalah rangkaian cerita yang terdiri dari empat fase. Tiap babak memiliki judul dan temanya masing-masing, dengan premis yang sama dan alur cerita yang saling berkaitan.

Di setiap babak akan disuguhkan cerita perjalanan kehidupan seorang janda muda yang bernama Marlina yang mencoba mempertahankan kehormatan dirinya hingga upayanya dalam mencari keadilan.

Marlina diceritakan adalah seorang janda muda yang tinggal seorang diri setelah anak dan suaminya meninggal. Suatu hari, ia tiba-tiba didatangi sekawanan perampok yang dikepalai oleh Markus (Egi Fedly). Bukan hanya ingin mengambil ternaknya, tapi juga hendak memperkosanya.

Marlina yang terancam akhirnya membunuh kawanan perampok tersebut termasuk memenggal kepala Markus yang coba memperkosanya. Berniat mencari keadailan, ia pun membawa kelapa Markus ke kota untuk melapor polisi.

Mengambil lokasi syuting di Sumba, Nusa Tenggara Timur, film ini tak hanya menyuguhkan isu gender yang berkaitan dengan percobaan pemerkosaan dan upaya si korban dalam mencari keadilan. Dengan dialog yang hemat namun padat, film juga mengangkat berbagai isu lain.

Melalui film ini penonton juga akan diajak mempertanyakan susahnya akses transportasi, jauhnya layanan hukum dan juga potret kemiskinan di sana. Bagaimana Marlina masih menyimpan mumi suaminya di rumah karena tidak punya biaya untuk pemakaman juga menjadi ironi tersendiri yang membuat penonton pasti terhenyak.

Dengan jalan cerita, isu yang disuguhkkan dan segenap prestasinya di kancah internasional, rasanya film ini layak sekali untuk disaksikan.

 

(Lin-way)

(Redaksi Solotrust)