SOLO, solotrust.com- Indonesia yang terdiri atas keanekaragaman budaya memberikan warna tersendiri dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah permainan tradisional dari berbagai daerah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti oleh kemajuan teknologi membuat permainan tradisional mulai ditinggalkan. Padahal dalam setiap permainan tradisional mengandung unsur edukasi yang bisa dijadikan sarana pembelajaran bagi anak-anak.
Berangkat dari rasa keprihatinan dan kesadaran untuk terus melestarikan permainan tradisional sebagai wujud kecintaan terhadap budaya Nusantara, Putra-Putri Solo 2018 mengajak seluruh lapisan masyarakat kota Solo untuk berpartisipasi dalam acara LALADORE (Lare-Lare Dolanan Sore) bareng Putra-Putri Solo. LALADORE sendiri merupakan sebuah acara yang diadakan untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak zaman sekarang dan masyarakat luas.
Pada Minggu (21/4/2019) acara pertama telah sukses digelar di Solo Car Free Day tepatnya di depan Loji Gandrung sebagai pembuka seluruh rangkaian LALADORE yang sedianya akan dilaksanakan sebanyak empat kali ini. Ada sekitar 10 permainan tradisional yang disediakan oleh Putra-Putri Solo selaku panitia acara, mulai dari gasing, engklek, egrang, bakiak, dll.
Masyarakat Kota Solo terlihat antusias berpartisipasi dalam acara tersebut, tidak hanya anak-anak, namun orang dewasa mulai dari ibu-ibu dan bapak-bapak ikut turut serta mencoba permainan tradisional yang ada. Terlihat juga Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo yang ikut singgah untuk memberikan kesan dan pesan atas terselenggaranya event LALADORE.
“Saya mengapresiasi kegiatan ini. Putra Putri Solo mengadakan LALADORE ini untuk mengingatkan kembali permainan tradisional masa lalu.” Jelas Walikota Surakarta, Bapak FX Hadi Rudyatmo. Ia juga menambahkan bahwa masing-masing permainan tradisional ini memiliki makna tersendiri. Seperti Dakon yang mengajarkan tentang pentingnya perhitungan dalam melakukan sesuatu.
Ketua panitia LALADORE, Sofyan Arfi berharap agar permainan tradisional akan terus ada, tidak tergerus zaman dan teknologi.
“Kami berharap permainan tradisional akan terus ada, tidak tergerus zaman dan teknologi, dan setelah acara ini, masyarakat khususnya anak-anak akan lebih sering memainkan permainan tradisional yang ternyata punya banyak makna.” Tuturnya.
Setelah ini, masih ada tiga kali acara yang akan di langsungkan di beberapa tempat, yakni 27 April di Taman Jayawijaya Mojosongo, 4 Mei di Monumen 45 Banjarsari, dan terakhir pada tanggal 11 Mei di Taman Cerdas Jebres sebagai penutup seluruh rangkaian acara yang akan dilanjutkan buka bersama. (adv)
(wd)