Pend & Budaya

Malam 1 Suro, Pemkot Gelar Srawung Seni Sakral 2019

Pend & Budaya

1 September 2019 23:21 WIB

9 Orang Penari Bedhaya Tawang Arum saat tampil dalam Srawung Seni Sakral 2019 di Halaman Balai Kota Surakarta, Sabtu (31/8/2019).

SOLO, solotrust.com - Kota Solo benar-benar menunjukkan jati dirinya sebagai Kota Budaya dalam peringatan Tahun Baru Islam 1441 Hijriyah, Sabtu (31/8/2019) malam.

"Pada Malam 1 Suro ini, Kota Solo yang mempunyai predikat sebagai kota budaya semakin menunjukkan jati dirinya," kata Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo



Ada tiga kegiatan tradisi dan budaya utama diselenggarakan, mulai dari Kirab Malam 1 Suro Keraton Kasunanan Surakarta di mana Kerbau Keturunan Kyai Slamet beserta pusaka dalem keraton di arak keliling jalanan seputar Keraton, Jamasan pusaka dan Kirab Topo Bisu Pura Mangkunegaran hingga Srawung Seni Sakral di Halaman Balai Kota Surakarta dan Tugu Pemandengan.

Tahun ini merupakan tahun ke-7 Srawung Seni Sakral diselenggarakan, prosesi diawali dengan Wilujengan Mapag Sura yang diikuti secara langsung oleh Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo dengan busana kejawen di Tugu Pemandengan dalam prosesi itu perlengkapan kirab berupa 3 tumpeng, 1 perapian, 3 songkok anglo berupa dupa dan kemenyan serta 12 obor bambu, terdapat seorang penari yang melenggak-lenggokkan tubuhnya selama prosesi berlangsung.

Setelah Wilujeng Mapag Sura usai, dilanjutkan prosesi kirab, perjalanan dimulai dari Tugu  Pemandengan menuju Balai Kota Surakarta. Tumpeng yang terdiri dari tumpeng beras putih dan tumpeng beras merah diarak bersama perapian, dan songkok. Setibanya di atas panggung dilanjutkan Umbul Donga Nusantara. Selanjutnya, 9 orang penari menyajikan Tarian Bedhaya Pepandam Surakarta/Tawang Arum.

Wali Kota menjelaskan bila kegiatan Srawung Sakral ini merupakan hasil karya dari seniman dan budayawan di Kota Solo yang menjadi dukungan bagi Kota Solo sebagai Kota Budaya.

"Masyarakat harus tahu, Srawung Seni Sakral hasil karya seniman dan budayawan ini sudah memasuki tahun ketujuh, karya ini akan terus kami pertahankan sebagai salah satu ikon bulan Sura di Kota Solo," ujar Rudy dalam sambutannya.

Menurut Rudy, momentum Malam 1 Suro bagi orang Jawa adalah waktu yang tepat untuk melek pada malam Suro dan mati raga pada hari berikutnya, yang artinya bertirakat dan mematikan segala keinginan duniawi serta meningkatkan kehidupan rohani kita.

"Mematikan keinginan duniawi ini bisa dengan melaksanakan pantang atau puasa," katanya.

"Sugeng Mangayubagyo Warso Jawa 1441 H, semoga di tahun baru ini kita semakin diberkati Tuhan dan semakin mencintai tanah air, semakin mencintai sesama umat manusia sehingga damai selalu menyertai kita dan bangsa Indonesia," imbuh Wali Kota.

Srawung Seni Sakral 2019 turut dimeriahkan oleh penampilan Darmacakra Prabha (Wilis Solo), Dian Arza Dance Company (Lampung) Hayuwerdhi (I Nyoman Chaya - Bali), Laok Bawo (Komunitas Kaltim) dan Totem (Miroto - Jogja) serta didukung seniman lainnya. (adr)

(wd)