SOLO, solotrust.com - Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta menyelenggarakan Seminar Nasional Bimbingan Konseling di Ruang Seminar kampus 1 UTP Balekambang, Manahan, Solo, Rabu (4/9/2019).
Dalam seminar yang menghadirkan Keynote Speaker Ketua Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Jateng Prof. DYP. Sugiharto dan Narasumber praktisi konseling muda Mulawarman dari Universitas Negeri Semarang dengan mengusung tema Implementasi Strategi Konseling Sesi Tunggal di Era Milenial. Seminar nasional ini diikuti oleh ratusan guru Bimbingan Konseling dari SMP, SMA/SMK di Kota Solo dan sekitarnya.
Prof. DYP menjelaskan konseling sesi tunggal adalah pelayanan konsultasi yang diselenggarakan dalam satu sesi atau satu kali tatap muka tanpa memakan banyak waktu dan dirasa lebih efektif, diharapkan konseling sesi tunggal bisa menyelesaikan permasalahan dengan teknis fokus pada satu perilaku yang spesifik dari masalah.
"Misal untuk yang kecanduan game atau rokok, ya nanti ada diskusi sesi tunggal di dalamnya termuat kesepakatan antara konselor dengan kliennya, setiap hari game 20 jam sekarang di batasi 10 jam sehari, atau rokok 20 batang ya 10 batang, pertemuannya 1 x 60 menit menyepakati, kamu merokok sehari berapa ? seminggu bisa ngurangi berapa ? jadi terukur. Seminar ini bisa jadi referensi bagi guru BK di sekolah bahwa penyelenggaraan konseling tidak perlu dengan durasi yang panjang," ujarnya saat ditemui solotrustcom
Guru Besar Universitas Negeri Semarang itu menekankan, dasar konseling adalah kliennya yang sukarela bukan kepentingan konselor, maka klien yang harus bertanggung jawab atas kesepakatan ini, dan boleh untuk 2 minggu atau beberapa waktu kedepan untuk kembali bertemu lagi dan evaluasi.
“Misal mau diskusi lagi boleh,” ujarnya
Menurut Prof. DYP, permasalahan yang paling banyak dialami pelajar era milenial adalah penggunaan gadget yang tidak produktif, padahal banyak manfaat sisi postitf dan produktif untuk pengembangan dirinya, anak-anak belum mengendalikan Informasi Teknologi (IT) tapi dikendalikan oleh IT. Ia mendorong guru BK memberikan sesuatu lebih cepat dan bermanfaat di era milenial ini.
“Misal anak mencari definisi ini itu, atau anak-anak mencari informasi strategi bisnis, motivasi, itukan pengembangan diri, positif melalui gadget. Anak-anak milenial kan suka yang cepat, instan jadi strategi sesi tunggal ini bisa menjadi inovasi yang diberikan oleh guru BK saat menghadapi permasalahan anak didiknya,” ujar pria yang juga menjabat Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah VI itu.
Sementara itu, Rektor UTP, Prof. Tresna Priyana Soemardi menilai bahwa dewasa ini penting ada konselor yang berkualitas, karena di era milenial anak-anak cenderung susah untuk dinasehati dan menginginkan segala sesuatu yang instan.
"Harus ada pendekatan-pendekatan khusus, bagaimana anak sadar bukan karena dipaksa tapi karena kesadaran mereka sendiri untuk berubah, konselor mampu masuk ke diri anak didik, sering kali yang ada masih menjudge, harusnya masuk ke jiwa anak didik dan memberikan penyadaran untuk berubah," kata Prof Tresna.
Sebagaimana program Pemerintah Republik Indonesia menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, maka kedepan fungsi konseling akan banyak dibutuhkan, revolusi mental perlu meningkatakan kualitas dan jumlah konselor untuk membimbing anak bangsa menjadi SDM yang unggul.
“Konselor itulah yang akan memecahkan permasalahan pada anak didik, sehingga setelah bertemu konselor diharapkan bereka optimis dan semangat untuk maju, sehingga peran guru tidak saja mengajarkan mata pelajaran tapi juga menanamkan nilai-nilai positif,” pungkasnya. (adr)
(wd)