Ekonomi & Bisnis

Jaga Inflasi 2019 Rendah dan Stabil, TPID Gandeng Startup hingga Tokoh Masyarakat

Ekonomi & Bisnis

18 September 2019 15:21 WIB

Rapat TPID Subosukowonosraten.

SOLO, solotrust.com - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta kembali menggelar rapat dengan sejumlah materi pembahasan yang meliputi pentingnya inflasi yang rendah dan stabil, pemaparan realiasi inflasi IHK wilayan Solo Raya, potensi ancaman inflasi, hingga langkah pengendalian inflasi cabai. Rapat telah diselenggarakan di Ruang Sabha Widya Sila Lantai 5 Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Selasa (17/9/2019). Dihadiri oleh perwakilan TPID se-Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten), Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Kementerian Agama se-Subosukawonosraten, Ketua MUI, para tokoh agama NU, Muhammadiyah, dan organisasi keagamaan yang hadir, Ketua PHRI, PKK se-Subosukawonosraten, narasumber dan lainnya.

Baca: Atasi Inflasi Cabai, Kpw BI Solo Kembangkan Klaster Cabai Sragen



Wakil Ketua TPID Kota Solo, Bambang Pramono menjelaskan, bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat suku bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.

"Kita patut berbangga, inflasi tahunan di wilayah eks karesidenan Surakarta sejak tahun 2014 hingga 2019 mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Bila ditinjau pada tahun 2014, inflasi tahunan Solo Raya masih berkisar 5-8 % (yoy) dan berada di luar sasaran. Saat ini, inflasi tahunan Solo Raya pada Tahun 2019 jauh lebih rendah dan stabil serta masih berada pada kisaran sasaran inflasi yang sudah ditetapkan, yaitu 3,5% ± 1%. Tingkat inflasi di Solo Raya per Agustus 2019 juga relatif terkendali masih dalam rentang sasaran target inflasi nasional. Realisasi IHK ini masih berada dibawah Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 3,37%(yoy) maupun nasional yang sebesar 3,49% (yoy). Pihaknya yakin, posisi akan berada di kisaran sasaran 3,5 ± 1% sesuai target yang telah ditetapkan," terangnya.

Untuk Kota Solo, inflasi tahunan pada Agustus 2019 sebesar 3,09% (yoy), lebih rendah dari inflasi Jawa Tengah dan Nasional. Namun demikian, inflasi tahunan Kota Solo tetap perlu menjadi perhatian bersama. Bila dilihat berdasarkan data historis inflasi tahun kalender dan inflasi tahunan, inflasi Kota Solo pada tahun 2019 mempunyai pola yang lebih tinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya. Kota Solo pada Agustus 2019 mengalami deflasi sebesar 0,16% (mtm), paling rendah dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah dan masih lebih rendah dibandingkan Jawa dan Nasional. Capaian ini juga lebih rendah daripada inflasi Kota Solo pada bulan Juli 2019 yakni sebesar 0,38% (mtm). Sementara itu, Kabupaten Wonogiri dan Boyolali juga tercatat mengalami deflasi pada Agustus 2019, yaitu sebesar 0,15% (mtm) dan 0,04% (mtm). Namun demikian bila dibandingkan bulan sebelumnya, deflasi Kota Solo pada Agustus 2019 ini masih lebih tinggi daripada Agustus 2018 dan rata-rata 3 tahun sebelumnya. Komoditas cabai rawit dan cabai hijau masih menjadi penyumbang inflasi pada Agustus 2019.

"Hal ini seiring dengan masih tingginya harga kedua komoditas tersebut dikarenakan keterbatasan pasokan yang dialami akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Harga cabai terus merangkak tinggi sejak April 2019. Meskipun mulai berangsur turun, namun harganya masih relatif stabil tinggi. Permasalahan fluktuasi harga cabai saat ini, utamanya berasal dari faktor produksi. Musim kemarau yang berkepanjangan membuat produktivitas tanaman cabai menurun. Hal ini membuat tidak sedikit petani yang beralih tanam pada komoditas lain dan menyebabkan supply semakin turun. Ketergantungan pasokan cabai di Solor Raya pada luar Provinsi Jawa Tengah semakin membuat pengendalian harga cabai menjadi sulit dilakukan. Pada faktor distribusi, cabai memiliki jalur distribusi yang panjang dari produsen hingga konsumen. Persoalan harga cabai yang berfluktuasi ini merupakan persoalan klasik sepanjang tahun yang hingga saat ini masih terus diupayakan pencarian solusi yang tepat," paparnya.

Meski demikian, TPID Subusukawonosraten optimis mampu mendukung pencapaian target inflasi nasional 3,5±1% pada tahun 2019, karena didukung solidnya pengendalian inflasi oleh TPID Solo Raya melalui program 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi yang Efektif). Berbagai upaya telah dilakukan oleh TPID Solo Raya dalam memitigasi persoalan berulangnya fluktuasi harga cabai melalui Program 4K mulai dari operasi pasar cabai, pembagian bibit cabai gratis, edukasi gerakan tanam cabai di pekarangan, pembuatan klaster pengendalian inflasi cabai, sistem tanam cabai dengan screen house, hingga pengembangan pola tanam cabai di segala musim melalui penyediaan sarana irigasi berupa embung dan pompa air. Penjajagan kerjasama antar daerah juga menjadi salah satu alternatif solusi untuk terjaganya stabilitas harga cabai di jangka panjang.

Kata Bambang, kenaikan harga cabai ini patut untuk menjadi perhatian bersama serta dilakukan upaya pengendalian. Dalam jangka pendek dapat diupayakan kerjasama antar daerah khususnya daerah-daerah yang masih memiliki pasokan komoditas yang cukup dengan harga rendah dan stabil serta dilakukan edukasi agar masyarakat dapat menanam tanaman cabai di pekarangan sendiri bukan saja saat harga cabai tinggi namun bisa sepanjang tahun. Memetik cabai hasil panen sendiri dapat mencukupi kebutuhan dapur secara kontinyu, sehat, higienis dan murah. Dalam jangka panjang, perlu dipikirkan manajemen stok dengan cold storage apabila terjadi oversupply atau melalui pengolahan paska produksi (bon cabai, cabai kering) serta dengan pemanfaatan teknologi informasi untuk direct selling ke konsumen guna memotong rantai distribusi serta edukasi dan imbauan secara terus menerus ke pelaku pasar untuk turut menjaga stabilitas harga.

"Oleh sebab itu,dalam rapat kali ini kami mengundang Dinas Pendidikan, tokoh agama dan penggerak PKK untuk bersinergi melakukan edukasi pada masyarakat agar bijak melakukan konsumsi cabai yakni mencari alternatif cabai olahan. Di samping itu, masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi cabai melalui penanaman cabai di pekarangan yang dapat dilakukan sepanjang tahun," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, dihadirkan 2 narasumber yang sesuai dengan pencanangan program tersebut yaitu Joanna Asterlita Kristanti dari Panen.id, startup asli Indonesia, yang menghubungkan antara petani lokal dengan konsumen seperti hotel, restoran, café dan catering. Panen.id merupakan platform digital yang memiliki konsep membeli produk langsung dari petani lokal dengan daya tawar yang tinggi. Berkat inovasi teknologi dengan memberdayakan petani lokal, Panen.id meraih beberapa penghargaan termasuk Start-up World Cup 2017, SDBT 2016 Kominfo, dan BEKRAF PITCH DAY 2016. Juga hadir Maryanto,Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Kota (KSM) Kahuripan Sejahtera Mojosongo yang berhasil mengembangkan urban farming. Melalui Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kebun Gizi Mandiri,masyarakat Kelurahan Mojosongo berhasil mencukupi kebutuhan sayuran sendiri seperti cabai, kangkung, sawi dan terong.  

"Diharapkan dengan sharing dan diskusi kali ini, program-program pengendalian harga cabai dapat dirumuskan dan terarah sehingga dapat kontinyu dan berkesinambungan. Petani maupun konsumen dapat menemukan win win solution dengan hadirnya startup berbasis digital yang mampu memangkas mata rantai distribusi yang panjang. Masyarakat pun mulai belajar untuk dapat memenuhi kebutuhan sayuran dan cabai melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang ada serta memiliki opsi alternatif cabai olahan," tutupnya. (rum)

(wd)