KARANGANYAR, solotrust.com - Pemerintah bersama Bank Indonesia mendorong produksi dan ketersediaan pasokan bawang putih melalui pendampingan petani bawang putih, untuk mendukung program pengendalian inflasi dan perbaikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), serta upaya pencapaian target swasembada bawang putih nasional pada 2021. Pendampingan juga untuk mendorong program inovasi peningkatan kualitas bawang putih dengan target “Bawang Putih Dimensi Impor, Rasa dan Kualitas Indonesia”.
Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul dengan sistem penggandaan kromosom/double chromosome pada varietas bawang Tawangmangu Baru (Tawangmangu Super) di wilayah Dukuh Pancot, Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Kelompok Taruna Tani “Tani Maju”. Selain itu, diterapkan sistem seleksi mandiri pada aspek budidaya untuk hasil optimal. Program ini dilaksanakan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Bawang putih merupakan salah satu komoditas penyumbang terbesar inflasi nasional serta berkontribusi pada defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Tingkat konsumsi bawang putih nasional pada tahun 2018 mencapai 482.180 ton, padahal kemampuan produksi hanya 19.513 ton, sehingga sekitar 95% kebutuhan konsumsi bawang putih dipenuhi melalui impor," terang Bambang Pramono, Kepala KPw BI Solo, Jumat (20/9/2019).
Potensi bawang putih di Karanganyar cukup besar, dengan luas panen 272 Ha dan kemampuan produksi 1.677,9 ton. Pengembangan pertanian bawang putih tersebar di 4 kecamatan, Tawangmangu, Jatiyoso, Jenawi dan Ngargoyoso. Bawang putih dari Karanganyar khususnya varietas Tawangmangu Baru, rata-rata produktivitasnya lebih tinggi, sekitar 12 ton per Ha dibanding produktivitas varietas lokal lain yang di kisaran 8-10 ton per Ha. Dari segi cita rasa varietas ini dinilai lebih unggul (lebih pedas) dibanding varietas kating impor dari Cina. Namun, kelemahan varietas ini kurang adaptif terhadap kelembaban tinggi (kurang tahan terhadap curah hujan yang lebih tinggi) dan rentan terhadap penyakit.
Uji coba bawang putih Tawangmangu Super oleh KPw BI Solo saat ini sudah memasuki generasi ketiga (G3) dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 63,5 kg bibit pada demplot dengan luasan 800 m2. Secara umum, hasil percobaan pada G1 dan G2 menunjukkan peningkatan baik dari aspek produktivitas, dimensi, dan kondisi fisik lainnya, seperti peningkatan ukuran karakter vegetatif, seperti daun dan umbi, jumlah anakan yang semakin banyak, jumlah bunga dan biji yang lebih banyak, ketahanan terhadap penyakit, serta keseragaman tumbuh yang lebih baik.
KPw BI Solo telah melakukan panen varietas Tawangangu Super G3 secara simbolis bersama Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Karanganyar, Pemerintah dan Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tawangmangu pada Jumat (20/9/2019). Hasil panen secara umum menunjukkan peningkatan dibanding generasi sebelumnya, dimana produktivitas cabut basah pada G1 sebesar ±6,6 ton/Ha, pada G2 ±15,6 ton/Ha, dan pada G3 meningkat jadi sebesar 20,48 ton/Ha. Hasil panen G3 dijadikan bibit pada musim tanam selanjutnya hingga diperoleh hasil optimal untuk dikembangkan secara massal.
Bambang Pramono mengatakan, penggalakan kembali produksi bawang putih lokal merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor.
"Ke depan kami berhadap keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat diluruskan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing," pungkasnya. (Rum)
(wd)