Ekonomi & Bisnis

Bekraf Developer Day Bangun "Dinasti" Digital Expert Dari Indonesia

Ekonomi & Bisnis

6 Oktober 2019 19:39 WIB

Jumpa Pers Bekraf Developer Day 2019 CEO Dicoding Indonesia Narendra Wicaksono (kanan), Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari (tengah) dan CEO Educa Studio Andi Taru di Hotel Swiss Bellin, Sondakan, Laweyan, Solo, Sabtu (5/10/2019)

SOLO, solotrust.com - CEO Dicoding Indonesia Narendra Wicaksono menyebut perlu adanya transfer knowledge dari developer expert, agar tumbuh developer-developer expert atau programmer lebih massif kedepannya yang mendunia dari tanah air, sebab dari segi jumlah, developer expert di Indonesia saat ini masih jauh dari kata cukup yang menjadi gap perkembangan dunia digital.

“Di Indonesia infrastruktur sudah mendukung hanya saja masalahnya masih minimnya developer expert yang bisa melakukan transfer knowledge. Melalui platform kami, mereka (developer muda) belajar dengan akses ke developer expert. Perlu ditempatkan di perguruan – perguruan tinggi, kendalanya ada di jumlah, kita sebenarnya sudah memiliki jurusan teknologi informatika, tapi daya serap di industri stratup digital masih belum maksimal,” ujar Narendra saat ditemui solotrust di sela-sela acara Bekraf Developer Day 2019 di Hotell Swiss Bell-in, Sondakan, Laweyan, Solo, Sabtu (5/10/2019).



Selain itu, kurikulum pendidikan di perguruan tinggi disebutnya relatif kurang memadai dari segi renewal sehingga diperlukan kurikulum terupdate, seperti halnya dalam BDD ini yang menggandeng developer expert, membawakan kurikulum seputar android, game, web dari developer google, microsoft dan lain-lain.

Ia mencontohkan, Dicoding dibangun 5 tahun yang lalu bermarkas di Kota Bandung hingga sekarang memiliki member developer sebanyak lebih dari 200.000. Perkembangan seperti inilah yang diharapkan dari BDD ini, sebelumnya ada peserta BDD asal Sulwawesi mengembangkan sebuah game yang menjadi official di e-sport dan penggunanya sekarang hampir menyentuh angka satu juta. Kemudian di Surabaya ada seorang mahasiswa yang belum lulus tapi sudah dihire di perusahaan Tokopedia.

“Kita ingin mencetak produk yang relevan sesuai kebutuhan platform industri, kurikulum merupakan hal fundamental, kita harus pastikan mereka belajar yang paling update dan kurikulum yang bisa dipergunakan. Kita lihat saja di gadget kita pembaruan aplikasi dilakukan bisa tiap minggu, di kita kurikulum masih tahunan,” ujarnya.

BDD merupakan inisiatif Bekraf yang diharapkan dapat menelurkan talenta-talenta andal karena pada dasarnya, Indonesia adalah negara yang luar biasa untuk membangun start up usaha digital, internet penetration besar, investasi yang masuk d dunia start up tinggi, hanya saja masalahnya adalah gap antara kebutuhan talent digital dengan produksi.

"Kami berharap nantinya akan lahir pilar-pilar talenta digital yang andal. Apalagi market sangat besar, teknologi terjangkau," katanya.

Sementara itu, CEO Educa Studio Andi Taru membeberkan tips untuk mengembangkan digital start up, seperti pihaknya yang sudah delapan tahun berjalan dan memiliki user mencapai 35 juta, menurutnya hal yang pertama dilakukan adalah mempelajari dunia startup digital melalui buku-buku, kemudian mencari mentor yang tepat dari situlah muncul sebuah ide inspirasi untuk membuat produk yang bagus.

Sebagaimana dalam BDD ini, yang sengaja menghadirkan developer expert untuk menjadi inspirasi anak-anak muda dalam mengembangkan produk mereka bagaimana menjadi sebuah produk yang bagus, kemudian entry market, setelah entry market penting diketahui tentang cara penyampaian produk. 

“Jangan terlalu fokus pada produk, how to make produk and how to deliver produk, setelah itu revenue, dan dikerjakan secara sustainable, nanti hasilkan produk baru lagi, atau produk turunan seperti yang kami lakukan, kami memiliki, buku, augmented reality, kaus hingga poster yang pendapatannya menyumbang 30 persen, harus ada maintenance ke user,” ujar dia.

Selain itu, ia menyarankan, bagi pelaku-pelaku startup digital baru agar berani mengeksplore kearifan lokal buaya di Indoensia karena memiliki uniqueness sebagai daya tarik user.

“Kita bisa eksplorasi budaya, animasi cerita rakyat sentuhan lokal baju adat, rumah adat, penting karena culture memiliki nilai keunikan untuk daya tarik, sekarang bisnis itu sangat simpel dan mudah, pemerintah support, developer support, kuncinya bagaimana memaksimalkan itu semua, user banyak, infrastruktur mendukung, kita harus percaya semua orang punya hak sukses, kesadaran itu harus dibangun,” pungkas developer game dan animasi yang concern pada Pendidikan Anak Usia Dini itu.

Sejumlah pelaku, praktisi dan expert industri kreatif digital Tanah Air, yang dihadirkan seperti Andi Taru Nugroho Nur Wismono (CEO – Educa Studio), William Florance (Head of Education Programs, APAC – Google) yang menjadi keynote speaker pada gelaran BDD Solo 2019 kemudian Irsan Suryadi Saputra (Cloud Seller – IBM), Adrian Prasanto (VP – Communications Indosat Ooredoo) dan Resha Adi Pradipta (Head of Business Development – Mobile Premier League) yang mengisi sesi Industry talkshow.

Dalam sesi parallel, para narasumber dari komunitas, industri, akademisi dan professional membahas tiga track tentang aplikasi, Games dan Security & Cloud. Sesi aplikasi diisi oleh Nur Rohman (Head of Reviewer – Dicoding Indonesia), Pratama Nur Wijaya (Android Developer – PT. Fintek Karya Nusantara), Raka Adi Nugroho (Senior Software Engineer Android – Tokopedia), dan Nurendrantoro (CTO - Wowbid).

Sementara itu Sesi game diisi sejumlah pakar diantaranya CEO Digital Happiness, Rachmad Imron yang juga pencipta game Dreadout hadir menginspirasi para peserta lalu Mochammad Rizal Saputra (Indie Game Developer –  NOXTAGE), Aflacha Imadida Rachmata (Game Engineer), Johanes Nindyo Wicakso (CEO – Gaco Games ),  Orlando Nandito (Founder – Miracle Gates Entertainment).

Selain itu terdapat sesi Security & Cloud yang diisi oleh pakar diantaranya Aidil Chendramata (IT Security Consultant, Lead Auditor SNI ISO/IEC 27001:2013), Ardi Sutedja (Chairman – Indonesia Cyber Security Forum/ICSF), Franciscus Xaverius Taro (CEO, Founder – PT. Tristar Kalama Teknologi) dan Anton Setiyawan (Direktur Proteksi Ekonomi Digital – Badan Siber dan Sandi Negara).

Aadapun acara BDD terselenggara atas kerjasama Bekraf dan Dicoding didukung Asosiasi Game Indonesia, Dicoding Elite, Google Developer Expert, Intel Innovator, Komunitas ID-Android, Samsung Developer Warrior dan perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia.

 “Diperlukan developer expert, untuk membimbing potensi-potensi anak muda dalam mengembangkan start up, dan hari ini audience mencapai 1.000 lebih, ini bentuk dukungan pemerintah meningkatkan kompetensi anak muda di industry kreatif digital,” kata Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari. (adr)

(wd)