Serba serbi

3 Mahasiswa UNS Olah Limbah Jadi Pupuk Cair, Diganjar Penghargaan Khusus dari Sri Lanka

Teknologi

15 Oktober 2019 15:28 WIB

Mahasiswa UNS yang meraih dua penghargaan dalam WINTEX 2019 di Jakarta.

SOLO, solotrust.com – Atas inovasi dalam mengoptimalkan potensi ampas teh, limbah sayur pasar dan kotoran ternak sebagai pupuk organik cair di Desa Kemuning, Karanganyar, tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta diganjar dua penghargaan berupa Medali Emas dan Penghargaan Khusus dari Sri Lanka, setelah dipamerkan dalam gelaran "The 2nd World Invention and Technology Expo (WINTEX)" di Jakarta, Sabtu 12 Oktober 2019.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Ruby Agil Hasan dari D3 Agribisnis Agrofarmaka 2017, Muh. Taufiek Heryansyah dari D3 Agribisnis Hortikultura 2018 dan Panji Karuniatama Putra dari D3 Agribisnis Hortikultura 2018. Taufiek menjelaskan, Desa Kemuning sebagai penghasil teh terbanyak di Karanganyar tentu banyak juga limbah ampas teh yang dihasilkan, sehingga perlu ada inovasi untuk memanfaatkan limbah tersebut supaya tidak terbuang begitu saja.



Selain itu, penduduk sekitar juga banyak yang bermata pencaharian sebagai peternak hewan, seperti kambing dan sapi dengan limbah kotoran ternak. Hal yang dilihat tidak kalah potensial, terdapat pasar tradisional Kemuning di mana banyak sayuran yang terbuang percuma atau busuk dan menjadi limbah.

WINTEX merupakan kompetisi pameran produk kelas internasional yang diselenggarakan oleh  Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA). Para peserta harus bersaing dengan peserta dari berbagai negara di dunia dan kampus-kampus negeri maupun swasta di Indonesia.

Ia menjelaskan tahapan untuk turut serta dalam ajang tersebut, persiapan diawali dengan pendaftaran produk ke WINTEX untuk dikurasi dan setelah itu timnya dinyatakan lolos. Kemudian pada tahapan pembuatan produk, taufiek dan kawan-kawan mampu berhasil melalui dua kali percobaan.

“Di percobaan pertama pembuatan pupuk sempat gagal karena wadah berupa botol air mineral yang digunakan terlalu sempit. Karena sempit dan kecil, botol itu mengeras dan penuh dengan gas. Semua pupuknya tumpah. Akhirnya kami gunakan bahan dan alat yang lebih banyak di percobaan kedua. Botolnya juga lebih besar. Setelah Seminggu, produknya berhasil dan kami kemas dalam botol putih dengan daya tampung 500 ml," beber Taufiek kepada solotrustcom, Selasa (15/10/2019)

Tim ini lalu menamakan produknya "Tealof Wilavette (Tea Waste As Liquid Organic Fertilizer With Livestock Manure and Vegetable Market Waste)". Ke depan, mahasiswa yang telah mengharumkan nama UNS tersebut berharap produknya dapat dipasarkan. Sementara untuk harga poduk akan dikaji terlebih dahulu agar mudah dijangkau oleh petani-petani kecil, strategi pemasarannya juga dapat bersaing dengan produk sejenisnya di pasaran.

"Kami ingin produk yang telah diciptakan ini mendapatkan paten dari UNS dan dimanfaatkan masyarakat luas. Kami juga berterimakasih kepada Bapak Raden Kunto Adi, S.P., M.P. selaku Kepala Prodi D3 Agribisnis yang juga merupakan Admin Prodi dan Sekolah Vokasi UNS atas bimbingan dan dukungannya," ungkap dia. (adr)

(wd)