SOLO, solotrust.com – Membuka lapak sekitar 2 meter dari bahu jalan, sejumlah Pedagang di sekeliling pagar Alun -Alun Utara dalam acara Pasar Malam Sekatenan diimbau agar tidak sampai mengundang kegiatan yang mengganggu aktivitas lalu lintas maupun warga lainnya. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perdagangan, Heru Sunardi.
“Tembusan dari panitia sudah kami terima, ya kami sarankan supaya kegiatan jual beli di sana tidak sampai mengganggu lalu lintas dan lainnya. Kami juga sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk membantu pengaturan lalu lintas," ujar Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Heru Sunardi, Jumat (25/10/2019).
Para pelapak di sekeliling Alun-Alun Utara banyak berasal dari luar daerah, yang meramaikan Pasar Malam Sekaten, hingga pertengahan bulan depan, salah satunya pedagang gerabah asal Jepara, Suyatin (65) mengaku sudah menempati lapak sejak tanggal 20 Oktober hingga tanggal 12 November bulan depan dengan biaya sewa Rp 500 ribu. Ia menjual berbagai jenis gerabah, mulai dari gelas, piring, pajangan hingga celengan.
“Ini harganya Rp 2 ribu sampai Rp 30 ribu an mas, sekarang agak sepi, tidak seperti beberapa tahun lalu. Saya sama suami saya juga jualan di sini buka lapak sendiri,” kata wanita yang sudah 10 tahun lebih berjualan di Solo saat Sekaten tiba.
Pasar Malam sekatenan dimeriahkan dengan adanya berbagai hiburan, permainan dan lapak pedagang yang berjualan aneka dagangan khas. Untuk diketahui, Sekaten merupakan tradisi tahunan sebagai peringatan ulang tahun Nabi Muhammad yang diadakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta yang biasa dimulai pada bulan Sapar hingga tanggal 12 Mulud penanggalan Jawa, yang pada tahun ini jatuh pada 9 November 2019 selama sekitar 40 hari.
Puncaknya, dilaksanakan Garebeg Mulud, ada dua gunungan yang dikeluarkan Keraton Surakarta, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan) sebagai bentuk syukur pihak keraton yang nantinya gunungan itu untuk diperebutkan oleh masyarakat dan dipercaya membawa berkah.
Tak hanya itu, dalam tradisi sekatenan, di Masjid Agung ditabuh dua gamelan pusaka keraton, Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari, sebagai salah satu prosesi penting yang dilaksanakan dalam rangka menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad selama tujuh hari berturut-turut hingga puncaknya. (adr)
(wd)