KARANGANYAR, solotrust.com -Seorang perempuan muda berdiri di antara penonton yang diterangi lampu sementara panggung utama gelap. Dia diam sejenak, sesaat kemudian mendekati penonton. Berdiri, lalu duduk di samping penonton. Sesaat dia sempat menirukan gerakan dari penonton itu, namun tak lama dia memegang lengan penonton, lalu melihat pakaiannya seolah-olah mencari sesuatu, namun tak ditemukan. Dia kemudian berpindah ke penonton lainnya, hampir sama, namun perempuan yang memakai kaos rangkap itu mengajak salah satu penonton ke panggung utama. Lampu panggung utama kemudian menyala dan lampu penonton mati.
Itulah sedikit cuplikan adegan dari salah satu peserta "Sala Monolog" dari Bandung bernama Sophiyah. Karya bejudul Patron yang ditampilkan pada Sala Monolog hari pertama, Rabu (30/10/2019), merupakan karya yang belum jadi atau work in progress. Karya tersebut diangkat dari pengalaman dirinya ketika melakukan stalking dan juga menguntit banyak hal di media sosial Instagram.
Penampil kedua malam itu dari Teater Soekamto yang menampilkan naskah OH karya Putu Wijaya dengan aktor Nanda Ryan. Selain ditampilkan di Sala Monolog 2019, monolog ini juga pernah dipentaskan di lomba FTPNN di Surabaya beberapa waktu lalu.
Selesai dua penampil, dilanjutkan penampilan ketiga dari aktor senior asal Surabaya, Meimura dengan judul Jajah Desa Milang Kori. Kisah ini menceritakan kemarahan Besut terhadap Sumo Gambar yang sudah tidak terbendung lagi. Kebiasaan Sumo Gambar ndherek (mengikuti-red) yang berkuasa sejak dahulu kala membuat Besut naik pitam. Sumo Gambar digelandang Besut dan diminta mengakhiri perbuatannya, mengingat zaman sudah berubah. Bangsa ini membutuhkan gotong royong, bukan seenaknya sendiri, bahkan suka nyolong betek di tikungan, sein kiri belok kanan. Besut berhasil membuat Sumo sadar. Sumo gambar pun senantiasa bersama Besut Jajah Deso Milang kori mengambarkan kebersamaan persaudaraan.
Pentas yang cukup apik ini dibawakan Meimura. Meimura sempat menjadi dua karakter tokoh antara Sumo Gambar dan istrinya. Banyolan-banyolan khas terlontar begitu saja. Satu hal menarik ketika sempat berbincang dengan solotrust.com bahwa monolog yang ditampilkan tanpa naskah.
“Ini tidak ada naskahnya. Spontan begitu saja. Kalau memakai naskah akan kehilangan energi dari dalamnya,” ungkap Meimura.
Sala Monolog VI Tahun 2019 ini diselenggarakan selama dua hari, Rabu dan Kamis (30-31/10/2019) di Studio Plesungan. Kali ini pengagas acara, Turah Hananto mengajak Studio Plesungan bekerjasama menyelenggarakan acara monolog tahunan. (dd)
(redaksi)