SOLO, solotrust.com– Final Day Diplomat Success Challenge X memunculkan nama sosok pebisnis cantik bernama Anindita Pradana Suteja, karyanya berfokus pada ide bisnis di bidang pertanian bernama Beehive Agriculture Drones yang menjadi solusi untuk menjawab tantangan dalam mencapai ketahanan pangan Indonesia 2045 mendatang.
“Saya siap bikin gebrakan. Sistem ini dibuat agar petani dan pelaku industri pertanian dengan berbagai jenjang pendidikan bisa mengakses dan memanfaatkan teknologi smart drone. Khususnya untuk optimalisasi lahan pertanian mereka secara efektif, efisien, dan memaksimalkan output,” ujar Anin, saat ditemui solotrust.com di sela kegiatan Final Day Diplomat Success Challenge X di De Tjolomadoe, Karanganyar, Minggu (17/11/2019).
Ia menjelaskan, Beehive Agriculture Drones dibuat berlandaskan Sustainable Development Goals (SDG’s) pada lima elemen utama, yakni no poverty, zero hunger, good health and well being, decent work and economic growth sertaindustry, innovation and infrastructure.
Perempuan asli Kota Bengawan menargetkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi petani, pelaku industri pertanian, dan aparatur pemerintahan di bidang agrikultur sehingga meningkatkan hasil area pertanian di Indonesia, baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Beehive Dronesadalah sebuah perusahaan teknologi pesawat tanpa awak karya anak bangsa, didirikan pada 2017 dengan nama PT Aerotek Global Inovasi. Tiga pendiri Beehive Drones adalah postgraduate student lulusan Imperial College London dan The University of Manchester, salah satunya adalah perempuan kelahiran Solo, 6 Mei 1994 ini.
Smart Droneuntuk pertanian dapat beroperasi layaknya sistem transportasi online yang kerap dijumpai saat ini, berbasis layanan di android. Pengguna dapat melakukan permintaan layanan beehive drones, kemudian drone stations mengirimkan drone pertanian untuk melakukan tugasnya.
“Inovasi ini juga telah mewakili Indonesia dan Asia Pasifik di Amerika dan Inggris. Dengan ini, petani dan pelaku industri dapat melakukan analisis keadaan lahan dan mengolahnya secara tepat dan presisi, membantu petani melakukan pemupukan, penyiraman, dan penyemprotan pestisida sesuai kebutuhan,” kata Anin.
“Ada tiga orang founder, saya, Mas Gian dan Mas Hilton rekan saya PhD memang riset di bagian drone. Mimpinya, Indonesia punya yayasan riset yang bagus, mengembangkan teknologi penelitian yang baik, jadi kita mulai dengan produk riset ini. Tidak berhenti di paper saja, tapi diaplikasikan di dunia nyata dan benar-benar bisa membantu,” imbuh alumnus SD Kristen Kalam Kudus Solo.
Beehive Dronesmenggabungkan IoT, machine learning dan artificial intelligence sehingga dapat menganalisis kebutuhan lahan, nutrisi yang dibutuhkan, dan bagaimana komposisi pengolahan lahan yang tepat agar mendapatkan hasil maksimal.
“Tidak hanya itu, sistem ini juga dapat mendistribusikan pupuk maupun pestisida sesuai kebutuhan setiap tanaman, dapat menekan biaya pestisida, dan mengurangi zat kimia berbahaya bagi tubuh dan ekosistem, waktu kegiatan pertanian. Selama ini kan masih menyemprot sendiri, kan tidak baik untuk kesehatan petani, jadi sistem ini juga membuat petani Indonesia lebih sehat,” ujarnya.
Menurut alumnus universitas di Inggris itu, tiga tahun pertama Beehives Drones berfokus mengembangkan target pasar di sektor pertanian besar seperti kelapa sawit, tembakau, dan kopi. Selanjutnya menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk melayani petani di Indonesia. Direncanakan, Beehives Drones akan grand launching pada 2020 mendatang.
“Kami sudah melayani perusahaan luar negeri dan dalam negeri, tapi baru di luar Jawa untuk produk IoT dan drone, perusahaan drone pertama berbasis IoT di Indonesia. Kami menggabungkan software danhardware,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Kenapa tertarik ikut Diplomat Success Challenge X ?
Bagi wanita berparas cantik lulusan SMA Ursulin Solo itu, Diplomat Success Challenge X bukan sekadar ajang perlombaan kewirausahaan, akan tetapi memberikan sebuah pengalaman baru. Selain itu juga dipertemukan dengan keluarga baru yang memiliki visi dan misi sama dalam dunia bisnis era 4.0 dengan ekosistem yang saling mendukung satu sama lain, baik dari sisi panitia, mentor, dan rekan sesama peserta. Diketahui 80 persen dari 12.500 submitters ajang ini adalah kaum milenial seperti dirinya.
“Saya bersyukur, saya selalu belajar. Ini suatu proses untuk mengembangkan kami, suatu hari kami bisa brainstorming ke teman-teman yang lain,” beber dia yang alumnus SMP Bintang Laut Solo.
Pengalaman selama mengikuti ajang Diplomat Success Challenge X ?
Perempuan yang juga mendapat beasiswa S-1 Universitas di Kanada itu pada mulanya sama sekali tidak menyangka akan terjun dalam kompetisi wirausaha terbesar di Tanah Air ini. Anin menuturkan, kala itu dirinya mendapatkan sebuah pesan di inbox email, lantas ia mengecek ternyata berisi informasi seputar Diplomat Success Challenge X. Ia pun memutuskan untuk submit proposal, video, dan persyaratan lainnya.
Perempuan aktif yang masih berusia 25 tahun itu mengikuti regional selection di Yogyakarta pada 17 September 2019. Proposalnya mampu menarik perhatian, ia pun masuk ke dalam seratus proposal terbaik dan berhak mengikuti ujian di babak national selection pada Oktober. Ia kembali mengukir prestasi lolos bergabung dengan sebelas challengers lain guna mengikuti Incubation Session atau fase pembekalan pengetahuan dan pendalaman materi pada akhir Oktober kemarin, hingga akhirnya beradu di babak Final Day 16-17 November di De Tjolomadoe Karanganyar.
“Prosesnya kemarin mulai dari bikin proposal, buat video dan lain-lain, benar-benar banting tulang bikinnya tidak sampai 12 jam, kan juga ada pekerjaan lain. Pas lolos regional selection itu pun nama saya disebut di nomor terakhir, waktu national selection juga nomor dua terakhir, mereka punya jatah 20, syukur akhirnya dapat. Saya menikmati semuanya, enjoy the process,” ucap Anin.
Project lain ?
Sebelum terjun dalam ajang Diplomat Success Challenge X, di tengah kesibukannya bekerja di Beehive Drones dan harus melaju Solo-Yogyakarta menggunakan kereta api setiap harinya, perempuan yang dinobatkan sebagai Miss Earth Indonesia Air 2019 dan Miss Earth Indonesia Congeniality 2019 juga menggagas sebuah gerakan bernama Solo Radiance untuk merealisasikan gerakan itu lebih masif. Ia sudah menemui Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo agar mendukung kesuksesan movement yang bertujuan untuk memajukan Kota Bengawan.
“Miss Earth Indonesia Air itu tentang lingkungan. Saya punya project dengan Pak Rudy, sudah ketemu, tapi ke-pending karena ada acara ini. Mungkin minggu depan saya lanjutkan, yakni melalui movement Solo Radiance saya pengin ngajak orang Solo, semakin cinta Solo karena ada yang malah nggak betah di Solo. Jadi melalui Solo Radiance ini, saya ingin menunjukkan potensi Kota Solo dari kulinernya, tempat wisata, dan ikon-ikonnya. Saya juga sudah ketemu Putri Solo, Miss Indonesia, saya ingin bisa jadi wanita yang menginspirasi menebar kebaikan dan kepedulian terhadap lingkungan,” pungkas wanita berzodiak Taurus. (adr)
(redaksi)