Serba serbi

Peneliti UNS Ungkap Trik Jitu Tangkap Hama Tikus di Sawah

Tips & Trik

2 Desember 2019 20:01 WIB

TBS untuk menanggulangi hama tikus di Desa Jaten, kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, pada bulan Oktober 2019. (Dok. istimewa)

SOLO, solotrust.com - Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki cara ampuh mengusir hama tikus dari lahan pertanian, yakni dengan trap barrier system (TBS) dan pemasangan rumah burung hantu.

Ketua tim pengabdian masyarakat dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UNS Dr Supriyadi menjelaskan, teknologi yang ia kembangkan bersama dua rekannya Setya Nugraha MSi, dan Dr Yanuartono ini terbukti efektif menanggulangi hama tikus,  ramah lingkungan, dan berdampak jangka panjang mengendalikan populasi hama tikus.



"Kami menerapkan teknologi pemasangan trap barrier system dan pemanfaatan burung hantu, dengan dibuatkan Rubuha (rumah burung hantu) sebagai sarangnya. TBS merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi," jelas Supriyadi kepada solotrust.com, Senin (2/12/2019).

Alat tersebut telah diterapkan di lahan pertanian Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, mulai Juli 2019 dan Oktober 2019, masing-masing lima unit.

"TBS dipasang sekitar dua hingga tiga minggu di lahan petani yang panen terakhir. Setelah itu dibongkar lagi dan dipasang lagi pada masa panen berikutnya, jika masih ada tikus atau tidak selama satu musim tanam. Lalu untuk Rubuha akan terpasang selamanya dan menjadi sarang burung hantu di tempat tersebut," jelas dia.

Adapun komponen TBS, terdiri atas dinding sebagai pagar dengan bahan baku fiber agar  tahan lama dan dapat dipasang berulang-ulang, kemudian Bubu perangkap terbuat dari ram kawat, serta tanaman pemikat (lure crop), yakni tanaman padi yang telah membentuk malai isi.

"Pemasangan TBS akan efektif apabila padi di lahan sekitarnya belum mencapai masa bunting atau bermalai atau pada masa bera. Tikus akan masuk ke TBS karena mencari padi yang mengandung pati atau karbohidrat sebagai kebutuhan pakan pokok guna tikus berkembang biak," paparnya.

Lanjut Supriyadi, Bubu perangkap efektif dipasang pada sore hari, pagi harinya tikus yang terperangkap dalam bubu dibunuh dengan cara ditenggelamkan. TBS modifikasi ini cukup efektif mampu menangkap antara hingga 18 ekor setiap malam pemasangan.

"Jumlah lubang atau sarang aktif tikus di sekitar lokasi pemasangan TBS juga turun signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa TBS efektif menurunkan populasi tikus di lapangan," ucap dia.

Lebih jauh, Supriyadi menjelaskan spesifikasi teknologi TBS adalah luas tanaman padi untuk lure crop adalah 120 meter persegi dengan panjang 12 meter dan lebar 10 meter.

"Tanaman dipagari dengan plastik fiber setinggi 80 cm dengan rapat dan bagian bawah fiber ditambal dengan tanah basah, lalu penyangga fiber ditempatkan di dalam pagar,” jelasnya.

Pemasangan TBS diintegrasikan dengan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) untuk mendapatkan hasil lebih efektif, ramah lingkungan, dan memberikan efek jangka panjang.

"Pemanfaatan burung akan lebih efektif apabila disertai dengan pembuatan Rubuha sebagai sarangnya," ucap Supriyadi.

Burung hantu dinilai dapat mengendalikan populasi tikus karena makanan utamanya adalah tikus.

"Pemasangan TBS efektif apabila dipasang dengan benar, baik cara pemasangan, waktu pemasangan dan tanaman padi dalam TBS, yakni padi fase generatif dan tanaman padi sekitarnya baru pindah tanam atau fase bera vegetatif awal," paparnya.

Supriyadi menambahkan, pemasangan Rubuha di wilayah serangan tikus bersinergi baik dengan TBS guna mengendalikan populasi tikus dalam jangka panjang.

"Untuk pola tanam dengan selingan bukan padi dan waktu tanam padi serempak perlu dikembangkan dan dijalankan petani untuk mengurangi perkembangbiakan tikus dan populasinya," pungkas Supriyadi. (adr)

(redaksi)