Hard News

Hindari Macet, Ini yang Harus Dilakukan pada Pompa Pengendali Banjir!

Jateng & DIY

14 Januari 2020 03:03 WIB

Sungai Bengawan Solo

SOLO, solotrust.com – Pompa air memiliki peran vital dalam penanganan banjir. Namun, tahukah Anda untuk dapat berfungsi optimal dan siap jika digunakan sewaktu-waktu, pompa air pengendali banjir di pintu-pintu air perlu dilakukan perawatan rutin? Salah satunya, yakni dihidupkan sekali sepekan, meskipun debit air sedang dalam keadaan tidak stabil.

Hal itu dijelaskan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Solo, Arif Nurhadi, Senin (13/01/2020).



“Setiap seminggu sekali harus dipanasi, tapi jangan sampai overheat. Kelemahannya yang bikin cepat rusak atau waktu pakai berkurang karena musim kemarau, airnya tidak stabil. Pada waktu kemarau air sedikit, pompa tidak tercelup sehingga mesin pompa berputar tidak mengeluarkan air, tapi panas. Kondisi panas dapat memperpendek umur pompa,” terang Arif Nurhadi.

Kota Solo memiliki pompa dengan kapasitas terbesar hingga 16.500 liter per detik, berada di Pintu Air Demangan hilir Sungai Pepe. Total pompa yang berada di wilayah Solo mencapai 34 unit tersebar di 17 titik.

 “Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengelola 15 pompa, yang dua dikelola Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), ada di Joyontakan Timur dan di Sewu,” kata Arif Nurhadi.

Ia merinci, mayoritas pompa permanen berada di pintu-pintu air hilir anak Sungai Bengawan Solo, diantaranya Pintu Demangan, Joyontakan Timur dan Barat, Pompa Pucangsawit, Jurug maupun Sewu, Gandekan, dan pompa Tipes. Selain itu, pompa sistem mobile juga disiagakan di lokasi rawan banjir, seperti di wilayah Banyuanyar, Kenteng, Sewu, Pucangsawit, dan viaduk Gilingan.

“Pompa viaduk Gilingan yang rusak sudah diganti baru sistem mobile. Jika dibutuhkan dibawa ke sana, di sana ada tempat khusus genset dan pompa, kalau sudah tidak dipakai dibawa lagi,” kata Arif Nurhadi.

Pompa air merupakan sarana vital bagi wilayah Kota Bengawan guna mengatasi luapan air banjir. Hal ini dirasa penting sebab dari sudut elevasi air bengawan lebih tinggi dari daerah perkotaan di Solo.

“Kota Solo itu mengandalkan pompa. Kalau tidak bisa operasional, ya sudah air dari Boyolali, dari hulu berakhir di Kota Solo karena untuk membuang ke bengawan harus pakai pompa. Elevasi Bengawan Solo lebih tinggi sehingga pemindahannya harus pakai pompa,” jelas Arif Nurhadi. (adr)

(redaksi)