Pend & Budaya

Padang Bulan #5 Lestarikan Pendekatan Diri dengan Alam

Budaya

13 Februari 2020 10:21 WIB

Umbul donga untuk kedamaian dan ketenteraman arwah Mbah Prapto

Solotrust.com - Puluhan orang pada Senin (10/02/2020) sore berkumpul di gumuk pasir Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Mereka satu per satu melakukan gerakan mengalir sesuai dengan elemen unsur-unsur alam yang ada di tempat itu.

Unsur elemen yang ada di bumi mereka susuri lewat gerakan secara fokus. Masing-masing orang bergerak, ada yang seakan menari, bergerak sembari mengeluarkan suara, dan rebahan di pasir. Mereka melatih kesadaran dalam tubuhnya dan mengolah batin serta jiwanya untuk bisa selaras dengan unsur-unsur alam.



Itulah gambaran tentang kegiatan Padang Bulan #5 diinisiasi Kelompok Hidup Yogyakarta beserta Padepokan Lemah Putih Solo. Kegiatan Padang Bulan diyakini sebagai suatu ruang yang membuka kesempatan untuk bercengkerama dengan alam lewat sebuah ajaran warisan leluhur tentang Hastabrata.

Kegiatan ini awalnya dicetuskan mendiang begawan tari amerta Suprapto Suryodarmo atau lebih dikenal Mbah Prapto. Hastabrata merupakan salah satu jalan memperluas gagasan tentang komponen pembentuk struktur hidup manusia.

Dalam latihan itu, para peserta diajak membedah laku brata dalam kehidupan sehari-hari, bermula dari titik tubuh masing-masing dengan perantara unsur-unsur alam. Menyadari setiap ruang di dalam tubuh dan mengolah daya hidup di dalam tubuh masing-masing pribadi dengan unsur alam sebagai pijakannya.

Dalam Padang Bulan #5 kali ini, didampingi Agus Bimo, pencetus wayang jantur. Kegiatan terbagi menjadi dua sesi, yakni sore hari menitikberatkan pada unsur elemen matahari dan malam hari lebih menekankan pada unsur bulan. Namun, malam itu langit Pantai Parangtritis sedang mendung sehingga lebih ditekankan kepada elemen api dengan api unggun sebagai perantaranya.

Di sela-sela sesi latihan, diadakan umbul donga dan labuhan sesaji untuk mendoakan ketenteraman dan kedamaian pencetus kegiatan Padang Bulan, yakni mendiang Suprapto Suryodarmo.

Agus Bimo mengutarakan, kegiatan Padang Bulan harus terus dilakukan sebagai wujud penghargaan kepada Suprapto Suryodarmo yang telah memberikan gagasannya.

Sementara itu, budayawan Solo Ronggajati Sugiyatno atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah No yang turut mendampingi kegiatan tersebut mengatakan untuk memahami unsur elemen alam harus dipilih salah satunya terlebih dahulu melalui nurani.

“Nurani merupakan keseimbangan pikir dan rasa. Kalau terlalu berat di pikir, maka kita akan sombong, angkuh, dan congkak, namun kalau terlalu berat di rasa, maka kita akan menjadi minder, baper, dan sebagainya. Nah, nurani berdiri di antara kedua hal itu,” katanya,

“Hanya pelajaran (bersinggungan) dengan alam, maka kita bisa mengetahui diri kita masing-masing,” pungkas dia (dd)

(redaksi)