Hard News

Tahun Ini Kegiatan Jamas Pusaka di Wonogiri Ditiadakan

Jateng & DIY

21 September 2020 11:35 WIB

Ilustrasi.

WONOGIRI, solotrust.com- Hingga bulan Sura habis, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tetap tidak menggelar prosesi jamasan pusaka dan ruwatan. Padahal kedua kegiatan tersebut biasanya rutin dilakukan setiap Sura di objek wisata Waduk Gajahmungkur.

“Tahun ini kita tiadakan kegiatan jamas pusaka maupun ruwatan. Masyarakat tak perlu khawatir atas dampak supranatural dari pusaka peninggalan keraton Mangunegaran tersebut. Sebab, kita sudah melakukan konsultasi dengan pihak pengelola pusaka keraton," kata Kasi Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, Eko Sunarso, Senin (21/9/2020).



Dalam konsultasi tersebut Eko mendapat penjelasan, bahwa jamasan esensinya lebih kepada perawatan pusaka.

"Kalau hanya penundaan setahun, kondisi pusaka masih cukup aman. Walau demikian, bila waktu sudah memungkinkan, tidak menutup kemungkinan tetap dilakukan pembersihan pusaka walau tidak di bulan Sura," jelasnya.

Sementara untuk prosesi labuhan di pantai Nampu, dan gelar doa di kahyangan Tirtomoyo, tetap dilakukan walau sangat sederhana.

"Untuk prosesi labuhan, masyarakat Paranggupito belum berani meniadakan. Jadi tetap dilaksanakan walau sederhana. Hal serupa juga dilakukan warga Tirtomoyo di petilasan tempat pertapaan kahyangan. Di kahyangan biasanya digelar wayangan, tapi kali ini hanya doa bersama," tambahnya.

Seperti diketahui,  di wilayah Wonogiri ada beberapa tempat untuk menyimpan pusaka milik Mangkunegaran yang dijamas secara rutin setiap bulan Sura.

Di Tugu Pusaka Nglaroh Selogiri disimpan pusaka berupa tombak Kyai Totog dan Kyai Jolodoro, serta Keris Kiai Korowelang.

Sedangkan yang disimpan di rumah tiban di Bubakan Kecamatan Girimarto berupa keris Kiai Semar Tinandhu dan Kiai Limpung.

Satu pusaka Keris Kiai Alap-alap disimpan di Kaliwerak Kecamatan Wonogiri Kota. Ditambah satu pusaka asli Pemkab Wonogiri berujud gong bernama Kiai Mendung Ekodoyowilago.

Saat jamasan pusaka, dalam waktu bersamaan digelar acara ruwatan. Acara ini diperuntukkan bagi mereka yang punya kepercayaan ada anggota keluarganya yang memilliki sukerta (aura negatif).

Dengan diruwat oleh dalang sepuh, diharapkan aura negatif tersebut sudah menjadi hilang sehingga perjalanan hidupnya lebih lancar. (noto)

(wd)