Hard News

Didemo Rakyat Setiap Hari, PM Thailand Tolak Mundur

Hard News

17 Oktober 2020 16:31 WIB

Aksi demonstrasi di Thailand, salah satunya menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha (CNN)

Solotrust.com - Aksi demonstrasi dan pawai dipimpin mahasiswa berlangsung di seluruh Thailand sejak Juli. Aksi ini telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Para demonstran menyerukan konstitusi baru, pembubaran parlemen, dan pengunduran diri Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha, serta diakhirinya intimidasi terhadap para pengkritik pemerintah.
 
Tuntutan yang semakin sentral adalah reformasi monarki negara untuk mengekang kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn dan memastikan raja konstitusional sejati di bawah sistem demokrasi. Perdana Menteri Prayut menanggapi seruan untuk pencopotannya pada Jumat dengan mengatakan, "Saya tidak akan berhenti."
 
Melansir CNN, Sabtu (17/10/2020), dalam jumpa pers setelah rapat kabinet khusus, Prayut mengatakan kabinet telah menyetujui keputusan darurat dan bisa diterapkan hingga 30 hari.
 
"Itu (keputusan) akan digunakan hanya selama satu bulan atau bahkan lebih pendek jika situasi kembali normal," kata Perdana Menteri. 
 
"Itu tidak bertujuan untuk menyakiti siapa pun. Baru-baru ini siapa yang terluka? Kebanyakan adalah para pejabat. Artinya, situasinya tidak teratur," sambungnya.
 
Prayut juga memperingatkan pengunjuk rasa muda untuk tidak melanggar hukum dan meminta para orang tua agar mengawasi anak-anaknya.
 
“Bagi siswa-siswi itu, semestinya orang tua mengurus anak-anaknya karena saya tidak mau ada konsekuensi apa pun, itu cukup merugikan. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan sang dalang,” ujarnya.
 
Para demonstran turun ke jalan di Bangkok setiap hari sejak Selasa lalu, bertepatan dengan kembalinya Raja Vajiralongkorn ke Thailand untuk sejumlah tugas kerajaan. Pada Rabu, ribuan demonstran berbaris massal dari Monumen Demokrasi kota dan menerobos barikade polisi ke kamp di luar kantor Prayut hingga larut malam.
 
Pihak berwenang telah meningkatkan keamanan pekan ini dengan mengerahkan sekira 15 ribu personel polisi guna mengendalikan kerumunan pada Rabu. Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia mengatakan 51 orang telah ditangkap dan menghadapi tindakan hukum, menyusul protes antipemerintah di Bangkok. Di antara mereka adalah beberapa aktivis terkemuka, termasuk pemimpin mahasiswa Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul, pengacara hak asasi manusia Arnon Nampa, dan pemimpin aksi Parit "Penguin" Chiwarak. (and)

(redaksi)