SEMARANG, solotrust.com – Nunuk Widiasih (62) tak mampu menahan air matanya saat menceritakan kisah pilu dialami keluarganya. Pensiunan polisi ini harus kehilangan suami dan dua anaknya akibat terjangkit virus corona (Covid-19).
Sesekali ia menyeka air matanya yang menetes. Nunuk ingat benar perjalanan dan perjuangan hidup kedua anaknya yang berprofesi sebagai tenaga medis, yakni dr Eliana Widiastuti (40) dan Sang Aji Widi Aneswara (32). Bahkan, di dinding ruang tamu rumahnya di Jalan Jomblang Perbalan 781 RT 4 RW 1 Kelurahan Candi, Candisari, Kota Semarang masih terpampang sejumlah foto kedua anaknya itu.
Awalnya, Soewardi suaminya terjangkit Covid-19 dan meninggal dunia, Minggu (28/06/2020). Belum reda kesedihan, di hari yang sama dr Eliana mengeluhkan sakit usai mengikuti prosesi pemakaman ayahnya dan dibawa ke RS Roemani. Namun, tak selang lama ia tutup usia. Eliana adalah tenaga medis yang bertugas di Puskesmas Halmahera, Kota Semarang.
Beberapa hari kemudian, Sang Aji dinyatakan positif dan harus menjalani isolasi di RS KRMT Wongsonegoro, 1 Juli 2020. Kondisi kesehatannya terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia, Senin (06/07/2020).
“Dengan kepergian kedua anak saya dan suami, saya merasa kehilangan. Maaf, ya,” ucap Nunuk Widiasih sembari menyeka air matanya, dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, jatengprov.go.id, Selasa (10/11/2020).
Bagi Nunuk, kedua anaknya itu adalah pahlawan. Sebab, selain sosok yang perhatian untuk keluarganya, juga peduli sesama, terutama dalam berjuang melawan Covid-19.
“Menurut saya mereka itu pahlawan. Sayang banget kepada keluarga dan peduli sesama. Anak-anak saya itu tidak pernah membedakan, suka menolong kalau ada orang sakit pasti dilayani setiap saat,” ungkapnya.
Menjadi dokter, menurut Nunuk, sudah menjadi pilihan anak-anaknya. Saat ini, Eliana meninggalkan tiga anak, sedangkan Sang Aji satu anak.
“Saya sedih ingat kalau mereka masih punya anak yang masih kecil. Saya berharap anaknya nanti bisa melanjutkan perjuangan orang tuanya, syukur kalau mendapat perhatian dari pemerintah karena anak saya itu sudah berjuang,” tuturnya..
Perasaan sedih juga dialami Heti Sanjaya (29), istri Sang Aji yang tinggal di Jalan Kawung, Tlogosari, Kota Semarang. Saat ini, ia harus merawat sendiri putri semata wayangnya, Nafasya Mily Widi Sanjaya, yang masih berusia 18 bulan.
“Saya merasa kehilangan banget. Dia adalah sosok suami yang baik buat keluarga dan juga sosok dokter yang peduli,” ujarnya.
Suaminya itu bertugas di Puskesmas Karanganyar, Kota Semarang dan sempat ditugaskan merawat pasien positif Covid-19 di Rumah Dinas (Rumdin) Wali Kota Semarang hingga akhirnya meninggal setelah dinyatakan positif Covid-19.
“Saya sempat khawatir saat beliau ditugaskan di Rumdin, tapi beliau selalu meyakinkan bahwa itu menjadi tanggung jawab dan Insyaa Allah selalu dilindungi Allah SWT,” kisah Heti.
Ia berharap, kisah suami dan kakak ipar tersebut menjadi penyemangat bagi para dokter yang masih berjuang melawan Covid-19.
“Untuk para dokter terus berjuang dan jangan lupa jaga kesehatan, dan masyarakat supaya bisa mematuhi protokol kesehatan. Bagi kami, corona itu nyata. Suami saya adalah pahlawan bagi kami dan kita semua,” tegasnya.
Ica Sabrina, rekan kerja Sang Aji menyebutkan, almarhum punya kepedulian sosial tinggi.
“Orangnya baik, sangat peduli. Pernah Hari Minggu saja masuk dan menengok pasien. Selain itu, banyak memberikan pelajaran soal kesehatan pada rekan kerjanya,” katanya.
Sementara Kepala Puskesmas Halmahera, Tury Setiawati menuturkan, Eli merupakan sosok dokter pekerja keras. Ia tidak pernah meninggalkan tanggung jawabnya.
“Iya, dokter Eli orangnya bertanggung jawab. Ia juga punya adik dokter dan meninggal karena Covid-19. Ia (dan adiknya) kami anggap sebagai pahlawan karena perjuangannya. Kami merasa kehilangan,” tandasnya.
Eliana Widiastuti (40) dan Sang Aji Widi Aneswara (32) adalah sebagian kecil dari dokter di Indonesia, bahkan dunia yang telah mendedikasikan dirinya dalam melawan Covid-19. Sebagian besar negara di dunia saat ini, terus berjuang menghentikan penyebaran virus yang kali pertama muncul di Wuhan, Tiongkok.
(redaksi)