Ekonomi & Bisnis

Bangkit Dari Pandemi, Tak disangka Omzet Penjualan Sepatu Aero Street Tembus 98%

Ekonomi & Bisnis

23 Desember 2020 12:56 WIB

Suasana Pabrik Aerostreet di Bentangan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah /pic.elv

KLATEN, solotrus.com– Pandemi Covid-19 berdampak besar pada semua sektor, salah satunya di sektor perekonomian.

Namun keterpurukan usaha di tengah pandemi seperti ini tak membuat Aditya Caesarico jalan di tempat.



Justru bagi pemilik brand sepatu lokal Aero Street ini pandemi Covid-19 memberikan hikmah tersendiri untuk bangkit dari keterpurukan.

Sementara brand sepatu lokal Aero Street yang berada di Bentangan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah di akui Rico sapaan akrabnya menuturkan, awal pandemi permintaan sepatu produksinya anjlok. Sebelum pandemi, dia hanya memroduksi khusus sepatu sekolah. Selain itu, pabriknya hanya distributor sepatu merek lain.

“Selama pandemi, sekolah diliburkan dan hanya pembelajaran jarak jauh. Jadi saya harus berpikir strategi yang baru untuk mendongkrak penjualan Aero di pasar sepatu lokal,” terang Rico saat ditemui solotrust.com di ruang kerjanya, Senin (21/12/2020).

Dia menuturkan, pada 2015 Rico memberanikan untuk mendirikan pabrik di daerah Klaten. Lalu, sampai Tahun 2020 pada bulan April, penjualan di pasar offline mengalami anjlok hingga 90 persen.

Dengan keadaan itu, dia masih tetap mempertahankan karyawan yang bekerja dengan total 1.400 orang dan tidak ada satu  pun yang di-PHK.

“Awal Covid-19, pasar offline kita habis 90 persen. Omzet kita tinggal tersisa 5-10 persen. Saya berusaha keras untuk memunculkan ide-ide baru, karena penjualan sepatu sekolah yang menjadi ciri khas Aero anjlok,” ungkapnya.

Untuk mempertahankan ribuan karyawannya, akhirnya Rico memulai mendesain dan memroduksi jenis sepatu yang ngetren di kalangan muda. Dia mengakui mulai Februari – April susah recovery produk, sehingga dia pun memberanikan diri mendesain sepatu kekinian.

Mulai April, Rico selain memroduksi desain baru dia juga melirik pasar online melalui media sosial Instagram. Tak disangka, beberapa produksinya direspons positif pasar hingga kekurangan stok.

“Saya beralih online karena melihat ada peluang bisnis. Tak tahunya pasar online lebih menjanjikan, perkembangan sangat pesat dibanding offline.

Lebih lanjut diceritakannya sebelum pandemi kapasitas produksi 6.000 pasang sepatu, saat ini sebanyak 7.200 menuju 9.000 pasang sepatu per hari,” terangnya.

Menurutnya, di era sekarang, bila menggunakan penjualan offline membutuhkan waktu yang lama. Dia mencontohkan, penjualan ke Papua saja butuh waktu 2 bulan.

“Datang ke distributor salesnya masih nego, toko grosir, lalu jual ke retail, toko retail baru ke konsumen. Kalau online, saya pasang iklan. Saya klik 1 detik konsumen langsung bisa beli. Pabrik langsung ke konsumen dengan 98 persen omzet kita di online," tandasnya.

Sedangkan produknya yang tengah digandrungi anak muda seri Aerostreet Tiger 2D Cartoon yang laku terjual 2.880 pasang hanya dalam waktu kurang dari 30 menit.

 “Saat ini kami lagi memroduksi ulang seri 2D tersebut dengan jumlah 2.880 pasang. Harga yang dijual semua seri sama, yakni Rp99.900,” ucapnya. (elv)

(wd)