Serba serbi

Virus Covid-19 Baru, Oxford: Modifikasi Vaksin Selesai 7 Bulan Lagi

Kesehatan

7 Februari 2021 12:02 WIB

Ilustrasi.

JAKARTA, solotrust.com - Tim di University of Oxford dan AstraZeneca di Inggris sedang mengembangkan lagi vaksin Covid-19 yang telah mereka hasilkan dan gunakan saat ini. Target mereka adalah sebuah vaksin modifikasi yang bisa mengatasi varian baru SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, yang lebih menular seperti yang telah ditemukan di negara itu, juga Afrika Selatan dan telah menyebar.

Vaksin yang lebih baru itu diperkirakan akan siap sekitar tujuh bulan ke depan. "Desainnya dikerjakan dengan sangat, sangat cepat karena ini tinggal perlu menukar-nukar urutan gen protein paku virus," kata anggota tim peneliti di University of Oxford, Andrew Pollard, Rabu (3/2/2021) lalu.



Setelahnya, Pollard menerangkan, adalah melakukan produksi diikuti studi atau uji skala kecil. Saat ini, dia menerangkan risetnya sudah mulai berjalan.

"Secara keseluruhan akan bisa diselesaikan dalam periode yang sangat singkat, dan musim gugur mendatang benar-benar kita bisa memiliki vaksin baru yang bisa digunakan," katanya.

Terpisah, hasil awal dari vaksinasi Covid-19 yang sudah dilakukan menyebut kemampuan vaksin ramuan Oxford/AstraZeneca mengurangi penularan infeksi virus corona, selain juga mengurangi gejala dan tingkat keparahan infeksinya. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyanjung temuan dari studi 1 Oktober 2020 hingga 14 Januari 2021 yang dilakukan para peneliti di University of Oxford itu.

"Sangat hebat," kata Hancock melukiskan hasil studi itu, Vaksin memberi jalan ke luar dari pandemi Covid-19.

Hasil studi yang belum dipublikaskan, belum mendapat peer review, itu mengindikasikan kalau dua dosis suntikan vaksin itu mampu mengurangi infeksi virus dengan atau tanpa gejala sebesar 67 persen. Satu dosis suntikannya juga didapati 76 persen efektif mencegah gejala Covid-19 selama tiga bulan, yang angkanya meningkat menjadi 82 persen setelah dua dosis suntikan.

Efikasi vaksin secara spesifik terhitung sebesar 74,6 persen kala berhadapan dengan varian virus corona B.1.1.7, varian baru virus Covid-19 yang pertama kali dideteksi menyebar di Inggris per September lalu. Bandingkan dengan efikasi 84 persen saat melawan varian yang awal.

Varian baru B.1.1.7 diketahui 17 persen lebih infektif karena mutasi pada protein paku yang dimilikinya. Namun kecemasan ilmuwan dunia lebih besar terhadap varian baru virus corona yang ditemukan menyebar dari Afrika Selatan. Sebabnya, mutasi yang diduga telah memberinya kemampuan menembus pertahanan sebagian antibodi alami yang sudah terbangun.

Belum lagi adanya virus jenis baru Covid-19 yang lain lagi dari Amerika Selatan. Juga, temuan yang lebih baru lagi di Inggris kalau varian barunya maupun yang lama mendapatkan mutasi yang sama seperti yang ada pada varian baru asal Afrika Selatan.

"Kami bekerja dengan AstraZeneca untuk optimasi pasokan vaksin Covid-19 yang diperlukan jika terjadi perubahan virusnya," kata Sarah Gilbert dari University of Oxford.

"Ini adalah isu yang sama yang dihadapi seluruh pengembang vaksin, dan kami akan terus memantau kemunculan varian-varian virus baru sebagai kesiapsiagaan di masa-masa mendatang." Tambahnya. #teras.id

(wd)