SOLO, solotrust.com - Seorang wanita bergaun merah terlihat sendiri di antara meja dan kursi kafe tempat usahanya. Sesaat kemudian terlantun sebuah nada dari mulutnya. Wanita itu menyanyikan lagu, sejurus kemudian melanjutkannya dengan sebuah cerita tentang para pengunjung kafe dari beragam karakter.
Itulah sedikit gambaran sebuah pertunjukan monolog musikal apik berjudul Cafe De La Poste, dibawakan Wirastuti Susilaningtyas atau akrab disapa Tutut. Karya ini disutradarai seniman kawakan Djarot B Darsono, terselenggara selama dua hari, Senin hingga Selasa (08-09/02/2021) di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah dengan protokol kesehatan ketat.
Kepada solotrust.com seusai pertunjukan pada hari pertama, Senin (08/02/2021), Tutut mengatakan awal pertunjukan monolog musikal Cafe De La Poste tersaji karena adanya ketertarikan Djarot B.Darsono. Sebagai sutradara, ia melihat kemampuan Tutut bisa menari dan bernyanyi serta sering membantu membuat drama musikal dengan beberapa seniman lainnya. Tawaran serta tantangan untuk membuat sebuah monolog pun terlontar.
Diskusi pun sempat dilakukan Djarot B Darsono dan Tutut, namun keinginan untuk membuat sebuah karya bersama sempat tertunda lantaran banyaknya kesibukan Tutut dan pendukung lainnya. Alhasil, muncullah ide membuat monolog musikal Cafe De La Poste dari beberapa lagu album Handarbeni berjudul Merajut Mimpi.
"Ini sebenarnya mungkin angan-anganku dengan Pakdhe Djarot dan utangku juga mungkin pada Pakdhe Djarot," ungkap wanita rendah hati ini menceritakan awal mula proses Cafe De La Poste.
Tutut merasa dukungan Djarot B Darsono dan Sugeng Yeah yang selalu menantikan karyanya membuat dirinya semakin terpacu untuk memulai proses dan menerima tantangan.
Tutut selama ini dikenal sebagai seorang penari dan koreografer serta vokalis grup Handarbeni, awalnya merasa bingung ketika harus bermonolog. Dirinya sempat mengalami kesulitan karena tak biasa tampil membawakan naskah monolog di atas panggung.
"Monolog itu susah banget. Kompleks dan rumit," aku Tutut, mengatakan sempat mengalami penurunan berat badan hingga tiga kilogram.
"Itu tantangan besar buat saya," lanjutnya yang mencoba terus belajar untuk menemukan pengalaman baru.
Akhirnya dengan bantuan beberapa teman pendukung lain serta arahan sutradara, Tutut menemukan genre dirasa pas dan tidak terlalu berat bagi dirinya. Perjuangan Tutut dalam proses pencarian pun membuahkan hasil, sehingga mampu tampil prima selama pertunjukan berlangsung. Meski baru pertama bermonolog, namun ia cukup menguasai panggung dan tampil lugas kala membawakan karakter pemilik Cafe De La Poste.
Sementara itu, Djarot B Darsono selaku sutradara mengatakan peristiwa yang coba dihadirkan merupakan suatu hal ringan.
"Peristiwa yang hadir adalah kehidupan masa lalu dan kini yang dibungkus dalam pesan sosial sederhana, ringan, dan nyaman di telinga," ungkapnya.
Djarot juga mengatakan naskah ini dipersembahkan kepada setiap orang terlibat dalam album Handarbeni 'Merajut Mimpi', orang yang membantu karya Cafe De La Poste, serta para penikmat kafe. (dd)
(redaksi)