solotrust.com - Beberapa orang dilaporkan mengalami efek samping pembekuan darah pasca divaksin AstraZaneca. Kejadian serupa ditemukan pula pada orang yang telah divaksin Johnson & Johnson (J&J). Dilaporkan 4 orang di Amerika mengalami efek samping yang langka ini dengan trombosit rendah pasca menerima suntikan.
Diketahui J&J dan AstraZeneca menggunakan teknologi vektor adenovirus dari simpanse dalam pengembangan vaksinnya. Vaksin J&J hanya perlu sekali suntikan sedang Vaksin AstraZaneca membutuhkan 2 dosis suntikan.
"Satu kasus terjadi saat uji klinis dan tiga kasus selama vaksinasi di Amerika Serikat. Salah satunya fatal," isi pernyataan European Medicines Agency (EMA) seperti dikutip dari AFP pada Jumat (9/4) waktu setempat.
Mengutip Reuters, Sabtu (10/4), Komite keamanan EMA juga telah melihat bagaimana vaksin Covid-19 AstraZeneca dikaitkan dengan kasus pembekuan darah yang sangat jarang terjadi dan mengatakan sekarang tengah meninjau laporan sindrom kebocoran kapiler pada orang yang diberi vaksin AstraZeneca.
Sementara itu Johnson & Johnson mengaku telah mengetahui adanya laporan langka pembekuan darah pada individu yang sudah menerima vaksin mereka. Johnson & Johnson bekerja sama dengan regulator untuk menilai data dan memberikan informasi yang relevan.
"Saat ini, tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara kejadian langka ini dengan vaksin Janssen COVID-19," ucap Johnson & Johnson merujuk anak perusahaannya di Eropa, Janssen Pharmaceuticals.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan mengetahui beberapa laporan individu yang mengalami pembekuan darah yang serius - terkadang dikaitkan dengan rendahnya tingkat trombosit darah - setelah mereka menerima vaksin J&J, dan mencatat bahwa kondisi ini dapat memiliki banyak penyebab berbeda.
Hampir 5 juta orang di Amerika Serikat telah menerima vaksin J & J pada Kamis pagi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
(zend)