BOYOLALI, solotrust.com - Bawang putih adalah penyumbang terbesar inflasi secara nasional dan di Soloraya. Hal itu tidak lepas dari tingginya konsumsi dan produksi dalam negeri yang tidak mencukupi sehingga mendorong impor bawang putih.
Berdasarkan Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Komoditas Sayuran 2021 dari Kementerian Pertanian, jumlah total kebutuhan bawang putih nasional mencapai 591.596 ton. Sementara stok bawang putih hanya 59.032 ton atau kurang dari 10 persen dari kebutuhan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo, menjelaskan lebih dari 95 persen bawang putih dijual di pasar Indonesia hasil impor. Pemerintah bersama Bank Indonesia terus mendorong produksi bawang putih dalam negeri melalui pendampingan petani.
Sejak empat tahun lalu, BI Solo melakukan pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru di Desa Pancot, Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar. Varietas ini kemudian direplikasi ke wilayah Senden, Selo, Boyolali sebagai uji coba di lahan demonstration of plot (Demplot) pada Desember 2020.
Di desa itu, Kelompok Tani Argoayuningtani telah melakukan penanaman bawang putih varietas campuran Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning di lahan seluas 3,9 ha melalui kemitraan dengan importir bawang putih melalui Program Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
Namun, hasil panen hanya 4 ton per ha, di bawah rata-rata produktivitas nasional 7,29 ton per ha. Selain itu, bawang putih berumbi kecil sehingga pemasaran sulit. Produktivitas rendah ini ditengarai karena kualitas bibit kurang baik, padahal bibit menjadi faktor utama penentu keberhasilan penanaman bawang putih.
Untuk itu, BI Solo dan pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melakukan pendampingan ke Kelompok Tani Argoayuningtani untuk peningkatan kualitas bibit bawang putih melalui demplot varietas Tawangmangu Baru seluas 1.200 m2.
Penanaman perdana bibit varietas Tawangmangu Baru dilakukan pada 2 Desember 2020 sebanyak 0,5 kwintal di lokasi demplot dan 0,5 kwintal di beberapa Iahan anggota klaster.
Kelompok tani juga menerima Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa screenhouse dan alat sprayer elektrik untuk menunjang penanaman. Demplot ini didukung penerapan seleksi mandiri pada aspek budidaya untuk hasil optimal.
Perkiraan waktu panen bawang putih pada 19 April 2021 dengan pertimbangan sudah berumur di atas 130 Hari Setelah Tanam (HST) dan diyakini sudah menunjukkan ciri masak panen optimal. Panen perdana dilakukan oleh Kepala BI Solo, Nugroho Joko Prastowo bersama Bupati Boyolali M Said Hidayat di Iahan demplot.
"Hasilnya luar biasa dengan produktivitas meningkat. Dengan umbi yang besar, rasa yang lebih bagus, dan lebih Indonesia dibandingkan dengan yang impor dari Tiongkok itu," paparnya pada media, Senin (19/04/2021).
Tanaman memiliki struktur batang lebih besar dan kokoh, keseragaman tumbuh merata dan ukuran umbi lebih besar. Umbi memiliki dimensi mendekati bawang putih cutting impor dengan citarasa lokal sehingga diharapkan lebih mudah masuk pasar.
Hasil panen perdana ini dinilai menjadi sinyal positif, mengingat konsumen dalam negeri terbiasa dengan bawang putih impor yang dimensi umbinya besar, meski rasa tidak sepedas bawang putih lokal.
"Harapannya, ini menyemangati para petani, Gapoktan-gapoktan di wilayah Selo ini untuk menanam bawang putih, dapat menjaga harga bawang putih, dan mengurangi kebergantungan terhadap bawang putih impor," kata Nugroho. (rum)
(end2021)