Solotrust.com - Penggarapan dari segi artistik untuk beberapa pementasan teater maupun pertunjukan di Kota Solo yang kurang maksimal menjadi keresahan tersendiri bagi Sugeng Yeah.
Dalam sebuah diskusi santai dengan para insan teater kampus dan pelajar di Sanggar Pasinaon Mojosongo, Jumat (23/04/2021) malam, lelaki akrab disapa Yeah ini membagikan ilmu yang didapatnya selama menangani artistik berbagai pertunjukan tingkat nasional maupun internasional.
"Seorang penata artistik itu bukan cuma orang yang disuruh-suruh oleh sutradara," ucap penata artistik pementasan Panembahan Reso karya WS Rendra dengan sutradara Hanindawan dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Januari 2020 silam.
Yeah menambahkan, seorang penata artistik harus mempunyai konsep artistiknya. Konsep itu nantinya didiskusikan dengan sutradara yang akan menggarap sebuah pertunjukan.
"Penata artistik itu kedudukannya setara dengan sutradara, maka sebagai seorang penata artistik harus mempunyai bekal yang kuat," lanjutnya.
Yeah pun mengatakan, artistik bukan hanya persoalan penataan set panggung, namun kaitannya juga dengan penataan lampu, kostum, maupun multimedia.
Pada sesi tanya jawab dengan para peserta, penata artistik dari Kota Solo yang sudah malang melintang di ibu kota itu mengutarakan, pembicaraan mengenai persoalan artistik antara penata artistik dan sutradara harus sudah selesai pada tahap perencanaan saat bedah naskah.
Yeah juga mengkritisi para sutradara yang menggarap sebuah pertunjukan, namun dasar dari segi artistiknya belum kuat, sudah melakukan eksplorasi terhadap benda-benda yang digunakan untuk setting panggung.
Banyak naskah dalam sebuah pertunjukan teater digarap satu kelompok dalam satu tahun juga mendapatkan kritik dari Yeah. Pasalnya yang diutamakan seharusnya kualitas pertunjukannya, bukan kuantitas sebuah pertunjukan pada satu kelompok dalam penggarapan naskah.
Yeah juga menyoroti, menurutnya esensi sebuah pertunjukan dipersembahkan kepada publik atau khalayak ramai, bukan untuk pemenuhan hasrat pribadi pengkarya. (dd)
(and_)