Pend & Budaya

Akademisi STIE Surakarta dan Praktisi Marketing Paparkan Pentingnya City Branding

Pend & Budaya

18 Mei 2021 20:33 WIB

Marketing Talk bertema City Branding dengan narasumber Dosen Marketing STIE Surakarta Ginanjar Rahmawan dan Presiden IMA Chapter Solo Retno Wulandari

SOLO, solotrust.com - City branding atau melakukan branding suatu kota akan membantu membangun identitas dengan fitur yang membedakan suatu kota dari lainnya. Sehingga kota tersebut dapat menonjol dari yang lain dengan mengkomunikasikan manfaat dan kekuatan kota kepada calon investor, pengunjung, atau penduduk.

Menurut Presiden IMA Chapter Solo, Retno Wulandari, setiap kota mempunyai keunikan tersendiri. Saat ini tiap kota atau kabupaten melakukan city branding agar kompetitif dan punya daya tarik. Contoh Karanganyar yang insentif ditangani konsultan.



"Tidak hanya kota-kota besar, tetapi semua bersolek untuk menarik trade, tourism, dan investment untuk datang ke kota tersebut dengan tujuan akhir kesejahteraan bersama," ujarnya, saat menjadi narasumber di acara HUT STIE Surakarta, Selasa (11/05/2021).

Dalam acara itu, STIE Surakarta menggelar Marketing Talk bertajuk Membangun City Branding: Tinjauan Praktis dan Akademis di Imperial Taste, The Sunan Hotel Solo, Selasa 11 Mei 2021.

Menurut Retno, STIE Surakarta dinilai tepat sekali untuk mengupas topik terkait City Branding karena berkepentingan pada gerakan ekonomi pada akhirnya. Sementara Dosen Marketing STIE Surakarta, Ginanjar Rahmawan, mengungkapkan pentingnya City Branding ini untuk memenangkan persaingan karena kompetisi kota sekarang tidak hanya di dalam negeri, tapi juga dengan luar negeri.

"City Branding ini untuk menghasilkan dari berbagai sektor, wisata, kuliner, hotel dan lain-lain," ujarnya yang juga sebagai Editor in Chief International Journal IJEBCE ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk penilaian suatu kota terdapat City Branding Index yang ditetapkan Anholt & Ipsos yang meliputi 6 aspek, yakni presence, place, potential, people, pulse, dan prerequisite.

Kemudian ia juga menerangkan terkait cara membangun city branding yang dimulai dengan membangun identitas kota (city identity), citra kota (city image), city brand, dan reputasi kota (city reputation).

"Akhirnya akan menarik visitor masyarakat makmur dan yang diharapkan dari branding ini adalah sustainability (berkelanjutan)," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Anjar juga mengungkapkan STIE Surakarta telah menerapkan branding ini, antara lain melalui lima hal, yakni hybrid learning, lulus 3,5 tahun, tidak harus skripsi, portofolio kerja dan bisnis, serta kurikulum sesuai dengan industri. (rum)

(and_)