Hard News

Suhu Bumi Makin Panas, Setahun Naik 1,5 Derajat Celcius

Nasional

29 Mei 2021 11:43 WIB

ilustrasi global warming. (Foto:climatechange)

solotrust.com - Temperatur global semakin mendekati ambang batas yang telah disepakati untuk tahun tertentu dalam lima tahun mendatang.

Dalam sebuah penelitian, pada tahun 2025 mendatang diperkirakan terdapat 40% kemungkinan bumi mengalami kenaikan temperature sebesar 1,5 derajat Celcius (1,5C) setidaknya dalam setahun dibandingkan masa pra industri tahun 1850an.



Mengutip BBCNews, penelitian tersebut berdasarkan permodelan oleh Kantor Meteorologi Inggris (UK Met Office) dan para peneliti iklim dari 10 negara termasuk AS dan China. Dalam riset sebelumnya, diperkirakan peluang satu tahun mencapai ambang batas kenaikan 1,5C hanya 20%.

Sedangkan penelitian terbaru menempatkan risiko tersebut mencapai 40%.

  • Suhu September 2020 adalah 'yang terhangat dalam catatan' di seluruh dunia
  • Cuaca ekstrem sebabkan kerugian besar pada 2020, mencapai setidaknya Rp1,4 kuadriliun
  • Ketika air terjun terbesar di Afrika berhenti mengalir karena krisis iklim

Itu tidak sesuai dengan dua batas temperatur yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris dalam rangka mengendalikan perubahan iklim.

Perjanjian Paris menetapkan tujuan untuk tetap menjaga suhu udara global yang meningkat tak lebih dari 2 derajat Celcius dan juga berusaha agar tak melewati 1,5C - dan bila kenaikan suhu terjadi hal itu diharapkan terjadi dalam rentang waktu yang panjang ketimbang dalam kurun setahun.

Para peneliti menunjukkan bahwa meskipun satu dari lima tahun ke depan suhu udara 1,5 derajat C lebih tinggi dari level era pra industri, tapi ini akan terjadi sementara waktu.

Variabilitas alami, berarti dalam beberapa tahun suhu udara akan menjadi lebih dingin, dan mungkin perlu satu atau dua dekade lagi sebelum melampau batas 1,5C secara permanen.

Menurut Dr Joeri Rogelj, direktur riset di Institute Grantham, Imperial College London, mengungkapkan kenaikan suhu Bumi saat ini tidak dapat disamakan dengan Perjanjian Paris.

"Tujuan Perjanjian Paris mengacu pada pemanasan global - bahwa, peningkatan temperatur bumi setelah kita menghitung variasi dari tahun per tahun (YoY)," jelasnya.

"Hal ini mengatakan kepada kita, sekali lagi, bahwa tindakan kita mengendalikan perubahan iklim hingga saat ini sama sekali tidak cukup, dan emisi perlu segera dikurangi dengan cepat menuju nol untuk menghentikan pemanasan global" paparnya.

Laporan penting dari panel perubahan iklim PBB pada 2018 menyoroti bagaimana dampak perubahan iklim bisa lebih parah ketika terjadi peningkatan suhu udara lebih besar dari 1,5C.

Saat ini, perkiraan bahkan dengan perjanjian-perjanjian baru mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca, tak akan membendung kenaikan suhu udara bumi hingga 3C.

Prof Ed Hawkins, peneliti iklim di University of Reading, mengatakan jika prediksi terbaru itu terbukti benar, maka tersebut bukan berarti telah melampaui batas Perjanjian Paris.

Dia menunjukkan, bahwa pernah terjadi kenaikan suhu udara hingga 1,5C pada bulan-bulan tertentu tahun 2016.

"Saat iklim memanas, kita telah mendapatkan bulan-bulan dengan kenaikan suhu di atas 1,5C, kemudian mengurutkannya, kemudian selama satu tahun penuh berada di atas 1,5C dan kemudian dua atau tiga tahun, dan kemudian hampir tiap tahun," kata Prof Hawkins.

Dia juga menggarisbawahi bahwa 1,5C bukanlah angka ajaib yang harus kita hindari. Digambarkan sebagai lembah yang pernah dilalui dan sat iklim memanas, efeknya akan semakin buruk..

"Kita seperti menetapkan garis di atas pasir untuk berusaha membatasi kenaikan suhu udara, tapi kita jelas-jelas perlu mengakui bahwa kita sedang melihat dampak nyata perubahan iklim di Inggris dan seluruh dunia, dampaknya akan terus berlanjut terus menjadi lebih buruk." tambah Prof. Hawkins.

Laporan ini dikeluarkan jelang pertemuan perubahan iklim COP26, yang akan dihelat di Galsgow pada November mendatang.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong cita-cita para pemimpin negara untuk mengatasi krisis iklim.

(zend)