Serba serbi

Ahli: Penggunaan Masker dan Menjaga Jarak Sangat Penting Meski Telah Divaksinasi

Kesehatan

04 Juni 2021 10:58 WIB

Ilustrasi Penggunaan Masker saat beraktifitas (Dawam/pic.solotrust.com)

JAKARTA, solotrust.com– Program vaksinasi COVID-19 telah dijalankan diberbagai negara sejak awal tahun 2021, termasuk di Indonesia. Beberapa negara mengklaim telah berhasil melaksanakan program vaksinasi COVID-19 kepada sebagian besar warga negaranya dan  telah berhasil menekan laju penularan COVID-19 di negara mereka. 

Sebuah penelitian yang dimuat pada jurnal medis JAMA Network Open melaporkan bahwa  vaksinasi saja tidaklah cukup untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Langkah-langkah pencegahan seperti karantina, menjaga jarak, dan memakai masker tetap dibutuhkan selagi  program vaksinasi dilaksanakan.



Dari keterangan Pers Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang diterima solotrust.com, Mehul Patel, Asisten Profesor dari Program Emergency Medicine, pada Universitas North  Carolina di Chapel Hill, menjelaskan bersama para rekannya menggunakan model matematika untuk  mensimulasikan penyebaran virus corona diantara 10 juta penduduk Carolina Utara.

“Studi kami menyarankan untuk populasi 10,5 juta penduduk, sekitar 1,8 juta infeksi dan 8.000  kematian dapat dihindari dalam 11 bulan dengan vaksin yang efikasinya lebih tinggi, cakupan  vaksinasi yang lebih luas, dan menjaga NPI (non-pharmaceutical interventions) seperti  menjaga jarak dan menggunakan masker,” terang Patel.

Para ahli tersebut meggambarkan dalam studinya akan lebih baik memberi vaksin dengan  efikasi yang lebih rendah kepada banyak penduduk, dari pada memberikan vaksin yang  efikasinya lebih tinggi namun kepada sedikit penduduk. 

Saat ini, lebih dari setengah populasi Amerika Serikat telah menerima vaksinasi COVID-19 dan 40% dari total populasi telah menerima dosis lengkap. Seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat, beberapa negara bagian mulai  melonggarkan kebijakan preventif pencegahan COVID-19.

California berencana untuk menghilangkan semua pembatasan kapasitas dan persyaratan  jaga jarak saat negara bagian ini kembali dibuka pada 15 Juni mendatang. Oregon juga  berencana mengumumkan untuk mengakhiri pembatasan karena pandemi, saat 70%  penduduk setidaknya menerima dosis pertama vaksin COVID-19.

Studi dari Mehul Patel dan para koleganya menemukan bahwa dibutuhkan usaha yang  terkoordinir untuk memaksimalkan cakupan vaksinasi dan pelaksanaan penanggulangan  pandemi termasuk dengan protokol kesehatan.

“Untuk mengurangi beban COVID-19 hingga  kepada tahapan yang dengan aman memungkinkan upaya meghidupkan kembali ekonomi  dan kegiatan sosial,” terang Patel.

Meski demikian Patel dan timnya tidak menjelaskan dengan lebih rinci kapan titik amannya  Amerika Serikat dapat menghentikan langkah pencegahan pandemi COVID-19. “Dalam  simulasi kami jika cakupan vaksinasi mencapai 75%, kami melihat tingkat infeksi virus  menurun,” ujar Patel.

Juru bicara COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid  mempertegas pentingnya penegakan protokol kesehatan saat vaksinasi terus dilaksanakan.

“Penanganan pandemi COVID-19 tidak bisa dilakukan secara tunggal. Vaksinasi harus diiringi dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan agar bisa mengendalikan pandemi COVID 19,” tegas dr. Nadia.

Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu langkah penanganan COVID-19. Usai  divaksinasi, orang tersebut memilliki risiko tiga kali lebih rendah terkena COVID-19.

dr. Nadia menambahkan bahwa, usai mendapatkan suntikan dua dosis vaksin COVID-19,  kekebalan tubuh tercipta sekitar satu bulan kemudian. “Dari hasil uji klinis diketahui kekebalan  optimal baru bisa didapatkan setelah 28 hari setelah penyuntikan,” terang dr. Nadia.

Oleh karena itu, meski sudah divaksin jangan sampai lengah menjalankan protokol kesehatan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) serta mengurangi mobilitas dan  hindari kerumuman. (elv)

(wd)