Melansir laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB terus memonitor situasi terkini pascagempa M 6,1 yang terjadi di Kepulauan Maluku. Dilaporkan di Desa Yaputi, Kabupaten Maluku Tengah telah terjadi kerusakan pada dinding penahan tanah (talud) pantai, dan air laut sempat terlihat surut. Sementara di Desa Saunolu terdapat kerusakan pada permukiman masyarakat dan di Desa Mahu terdapat patahan.
"Hingga berita ini dirilis belum ada laporan korban jiwa akibat gempabumi tersebut, namun masyarakat telah melakukan evakuasi mandiri dengan mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi," tulis BNPB di laman resminya, bnpb.go.id.
"Masyarakat selalu diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga dalam menghadapi bahaya gempabumi maupun potensi tsunami, tetap pantau informasi yang dapat dipercaya dan tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," lanjut BNPB dalam rilisnya.
Adapun hingga pukul 13.35 WIB, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi setidaknya 13 gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 3,5.
Melalui media sosial Twitter, BMKG juga mengimbau warga agar waspada terhadap gempa susulan dan potensi tsunami akibat longsor ke atau di bawah laut bagi masyarakat di sepanjang Pantai Japutih sampai Pantau Apiahu Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Maluku.
"Segera menjauhi pantai menuju tempat tinggi," cuit BMKG di akun resminya.
Sebelumnya, BMKG menginformasikan gempa dengan magnitudo 6,1 tidak memicu terjadinya tsunami. Tak berselang lama, BMKG kemudian memperbaharui keterangannya akan adanya potensi tsunami bukan dari gempanya, namun akibat longsoran di bawah laut.
Berdasarkan hasil observasi muka laut sta TEHORU menunjukkan ada kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
(and_)