Ekonomi & Bisnis

Toba Tenun Sejahtra Komitmen Lestarikan Ulos, Gandeng Penenun Perempuan

Ekonomi & Bisnis

25 September 2021 11:47 WIB

Konferensi pers daring PT Toba Tenun Sejahtra mempunyai komitmen kuat dalam memperkenalkan sekaligus melestarikan tenun wastra Batak, yakni Ulos, Jumat, 24 September 2021

Solotrust.com - PT Toba Tenun Sejahtra mempunyai komitmen kuat dalam memperkenalkan sekaligus melestarikan tenun wastra Batak, yakni Ulos sebagai salah satu warisan budaya tekstil Nusantara. Sejak 2020 lalu pihak perseroan merintis tiga fokus usaha secara paralel untuk memperkuat ekosistem tenun di Sumatra Utara.

Adapun ketiga fokus usaha itu, yakni Tobatenun untuk platform distribusi produk tenun Sumatra Utara; BORU untuk usaha pengembangan dan komersial produk turunan tenun seperti ready to wear, accessories, dan home decor; serta Jabu Bonang untuk usaha pengembangan komunitas artisan kain tenun di Sumatra Utara.



Founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra, Kerri Na Basaria, mengatakan Ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak.

Menyadari potensi Ulos yang besar untuk dipasarkan di level nasional dan internasional, PT Toba Tenun Sejahtra berupaya melakukan berbagai program kerja mencakup pelestarian budaya, pelatihan dan pendidikan perajin, serta pengembangan komunitas dan perempuan.

“Kami juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan instruktur untuk membekali partonun agar dapat meningkatkan kompetensi mereka, baik dari sisi teknis maupun penciptaan desain. Sehingga kain Ulos tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga dapat memberikan dampak secara ekonomi dan sosial, menambah kekuatan industri kreatif dan seni Indonesia,” paparnya dalam konferensi pers daring bertajuk Revitalisasi Budaya & Perkuat Ekosistem Kain Ulos, Jumat, 24 September 2021.

Lebih dari itu, dalam menjalankan model bisnisnya, Toba Tenun Sejahtra mengusung dua pilar utama yang fokus terhadap nilai sosial dan juga bisnis seimbang untuk dapat menghasilkan produk berkualitas ramah lingkungan.

“Tidak hanya memberikan nilai lebih kepada konsumen, tetapi juga mendatangkan keuntungan bagi artisan, yaitu para perajin kami yang biasa disebut partonun,” ujarnya.

Tenun memang tak bisa dilepaskan dari peran penenun, mayoritas perempuan.

Partonun (penenun) perempuan merupakan sumber daya manusia utama untuk menghasilkan tenun berkualitas.

Partonun merupakan penjaga budaya yang bekerja demi kelangsungan warisan budaya, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional.

Tenun tradisional adalah salah satu bidang di mana pengetahuan berharga diwariskan dari para ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun.

Saat ini, sektor tenun tradisional ini bertahan berkat generasi perempuan muda Indonesia yang dinamis, memadukan kreativitas artistik dengan keterampilan bisnis.

Memahami pentingnya peran partonun dalam ekosistem Ulos, PT Toba Tenun Sejahtra konsisten memberdayakan Partonun untuk dapat meningkatkan potensi dan keterampilan diri, sehingga dapat semakin kuat dalam menjaga, mewariskan dan melestarikan Ulos berkualitas dan memiliki filosofi penuh makna.

Selain memfasilitasi para partonun untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, pihak perusahaan juga memberikan dukungan dan pendampingan lewat Jabu Bonang serta memberikan solusi kepada para partonun yang memiliki banyak tantangan di lapangan, seperti kurangnya akses terhadap bahan baku, rumitnya pemasaran, hingga kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kerap dialami para partonun.

Peran PT Toba Tenun Sejahtra terhadap peningkatan kompetensi dan kualitas hidup partonun turut dirasakan Denita Manihuruk, Mitra Partonun & Champion Jabu Bonang.

Menurutnya, menjadi mitra partonun membuka banyak jalan untuk kehidupan lebih baik.

Bersama Tobatenun, dirinya mengaku telah mengikuti Lokakarya Tenun Motif Ulos dan Pewarnaan Alami.

“Tidak hanya menambah keahlian, tetapi juga pengetahuan holistik yang berhubungan erat dengan kehidupan partonun seperti gerakan fisioterapi sederhana dan kesehatan reproduksi. Tentunya fasilitas dan pendampingan yang berkelanjutan ini sangat membantu bagi kami para perajin untuk meningkatkan kemampuan, baik menjadi penenun maupun kewirausahaan,” ungkap Denita Manihuruk.

Dia pun berharap semakin banyak partonun mendapatkan kesempatan sama seperti dirinya. Dengan begitu nantinya ekosistem tenun semakin besar, kuat, dan berkualitas sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi.

Adapun hingga akhir 2021 sekaligus menyambut Hari Ibu, PT Toba Tenun Sejahtra akan melakukan rangkaian aktivitas untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap warisan kain wastra Nusantara, khususnya tenun dan ekosistem artisan yang terlibat di baliknya.

Partonun sebagai upaya PT Toba Tenun Sejahtra untuk meningkatkan literasi kesehatan perempuan dan literasi budaya bagi para artisannya.

“Kami di PT Toba Tenun Sejahtra optimis melalui berbagai program yang kami lakukan bersama mitra stretegis lainnya dapat membuka kesadaran publik mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan wastra Nusantara, khususnya wastra Batak,” kata Kerri Na Basaria Pandjaitan.

“Kami harap upaya yang kami lakukan juga dapat memberikan dampak positif bagi keseluruhan ekosistem tenun dan menjadi bagian dari peningkatan perekonomian daerah maupun nasional,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dianugerahi kekayaan budaya beragam, salah satunya wastra Nusantara.

Istilah wastra sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti sehelai kain.

Setiap wastra memiliki motif, pola, dan warna berbeda antara satu dan lainnya serta memiliki filosofi dan cerita mendalam.

Daerah Batak Toba pun memiliki wastra tersendiri, dikenal dengan nama Ulos.

Sejauh ini, popularitas Ulos memang masih di bawah Batik dan Tenun Ikat Sumba untuk level nasional dan internasional.

(and_)