BOYOLALI, solotrust.com - Angka kasus tuberkulosis (TBC) penyakit disebabkan bakteri mycobacterium tuberculois di Kabupaten Boyolali masih tinggi. Sementara upaya eliminasi TBC perlu melibatkan lintas sektor.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Puji Astuti saat menghadiri sosialisasi bersama Sub Sub Recipient (SSR) komunitas TBC Mentari Sehat Indonesia (MSI) dan komponen terkait lainnya di sebuah hotel kawasan Boyolali Kota, Kamis (30/11/2023).
Disebutkan, penanganan kasus TBC perlu keterlibatan lintas sektor guna mencapai keberhasilan target eliminasi TBC pada 2026 di Kabupaten Boyolali.
“Di Boyolali data SITB per 29 November 2023 capaian SPM sebanyak 10,441 sasaran dengan suspek TBC sebesar 82,32 persen dan target 2023 terduga sebanyak 12,681 kasus. Capaian treatment coverage sebanyak 1100 kasus TB dan TC 96,17 persen dari target 90 persen, TSR RO 25 persen dari target 80 persen, dan angka keberhasilan TBC 744 kasus dengan TSR 82,17 persen dari target 90 persen,” terang Puji Astuti.
Angka kerhasilan ini didapat dari jumlah pengobatan lengkap ditambah jumlah sembuh dibagi dengan kasus masuk dalam pengobatan. Kasus ternotifikasi pasien TBC di Boyolali hingga 29 November 2023 tercatat 1.100 orang. Rinciannya, 669 kasus TB dewasa, 291 kasus TB anak, dan delapan kasus TB MDR.
“Kasus yang terlaporkan dan sudah dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional mencapai 96,08 persen dari target 90 persen. Artinya dalam penemuan kasus sudah mencapai target, tetapi angka pengobatan masih di bawah terget. Hal ini adanya notifikasi pasien TB terobati, namun belum tercatat di SITB,” jelas Puji Astuti.
Adapun untuk menekan tingginya kasus TBC di Boyolali dibutuhkan kerja sama lintas sektor antara Dinkes dengan berbagai komponen terkait, mulai dari lembaga legislatif, organisasi profesi serta komunitas.
“Perlu adanya kerja sama lintas sektor dalam penanganan kasus TBC. Keterlibatan semua pihak ini sangat penting guna percepatan penanggulangan TBC menuju eliminasi TBC tahun 2026,” kata Puji Astuti.
Sementara itu, Koordinator SSR komunitas TBC Boyolali, Diky Kurniawan, mengungkapkan sebagai komunitas yang bekerja sama dengan Dinkes mampu berkontribusi dalam memperkuat fungsi layanan kesehatan masyarakat.
“MSI sebagai pendukung dan peran utama dari fasilitas kesehatan (puskesmas) mampu melakukan investigasi kontak maupun skrining kesehatan di wilayah kantung TB,” terangnya.
Adapun tugas komunitas TBC ini selain mengedukasi masyarakat, juga melakukan pendampingan pasien, pengawasan minum obat serta pelacakan pasien mangkir berobat.
“SSR komunitas TBC bekerja sama dengan puskesmas dalam membantu serta memperkuat fungsi layanan masyarakat. Kami juga berharap dengan usaha yang kita lakukan mampu mewujudkan target eliminasi TBC di Boyolali pada 2026,” pungkas Diky Kurniawan. (jaka)
(and_)