SOLO, solotrust.com – Kurator seni pertunjukan, Rama Soeprapto melihat musik keroncong seperti sebuah kotak yang ingin dibuka dan diketahui isinya.
“Saya melihat keroncong seperti sebuah boks. Kita melihat ingin rasanya tahu isinya apa, dan saya ingin bilang ‘this is a box of keroncong.’ Kalau dibuka itu akan keluar semua pakem, tapi juga sebuah flavor atau rasa,” ujarnya dalam acara Solo Keroncong Festival 2021, Senin (08/11/2021).
Menurut Rama Soeprapto, baginya musik keroncong memiliki dua kriteria berbeda, yakni klasik dan modern dengan mengikuti arus musik saat ini.
“Saya lihat ada dua kriteria, ada yang klasik seperti Ibu Waldjinah, tapi yang modern juga menjadi sebuah trobosan karena anak-anak sekarang kalau mendengarkan musik dengan gayanya mereka. Ada style rocknya, jazznya, atau popnya, tapi harus napasnya keroncong, itu yang diperkenalkan,” paparnya.
Melalui acara Solo Keroncong Festival 2021, Rama Soeprapto berpesan kepada kalangan muda agar lebih memahami perjalanan sejarah musik keroncong.
“Sekarang kalau saya melihat, anak muda harus lebih memahami keroncong, bukan dari luar, tapi dari dalamnya, yang saya rasa sebuah perjalanan sejarah luar biasa dari keroncong,” pesan dia.
Rama Soeprapto mengaku pemilihan tempat seperti gedung Terminal Bus Tirtonadi menjadi terobosan baru bagi para seniman agar nantinya kegiatan seperti Solo Keroncong Festival dapat terus ada.
“Ini tempat yang bagus, kita bisa lihat bahwa ke depannya akan banyak aktivitas di sini. Saya harap kita harus saling berkomunikasi antarseniman, bersatu, kemudian ini harus digaungkan kemana-mana bahwa tidak mustahil membuat sebuah tempat pertunjukan di atas terminal bus,” tuturnya.
Diketahui, tempat pelaksanaan Solo Keroncong Festival 2021 dlakukan secara online alias dalam jaringan (Daring) melalui YouTube, dan luar jaringan (Luring) di Convention Hall Tirtonadi.
Acara ini diselenggarakan selama dua hari, Minggu hingga Senin (07-08/11/2021), menghadirkan musisi keroncong dari kalangan senior dan generasi muda. (cahyarani)
(and_)