KARANGANYAR, solotrust.com - Di era disrupsi saat ini, mendidik anak menjadi lebih menantang dengan kemajuan teknologi dan banjirnya informasi. Teknologi memungkinkan akses mudah ke apapun, kapanpun, dan dimanapun. Tanpa didikan yang baik, seringkali anak menyalahgunakan gawai yang berakibat kecanduan hal-hal negatif.
Aktor Muhammad Cholidi Asadil Alam pemeran Azzam dalam film Ketika Cinta Bertasbih mengungkapkan saat ini kita berhadapan dengan generasi yang kritis. Ia melihat tantangan dalam mendidik generasi bangsa adalah bagaimana mereka cinta kepada Al Quran dan agama untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
"Karena untuk mengejar akhirat dunia akan ikut, itu yang harus kita tanamkan. Apalagi di zaman disrupsi godaan datang dari mana-mana terutama dari handphone," ujar Cholidi pada media usai berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Qur'an Solo pekan lalu.
Menurut Cholidi, tantangan jaman dulu, godaan datang dari televisi, majalah, pasar atau mal. Sekarang dari telepon genggam saja banyak godaan ditemukan, mulai dari tontonan hingga barang mewah. Ia salut kepada orang tua yang memberikan pendidikan agama apalagi menghafal Al Quran kepada anaknya dari kecil,
"Kita harus buktikan penghafal Al Quran juga bisa sukses dan mendunia serta menjadi apapun cita-cita yang mulia di dunia ini. Saya ingin memotivasi santri, untuk mencapai cita-cita agar lebih mudah kita harus berbakti pada orang tua," paparnya.
Selain itu, aktor kelahiran 30 Maret 1989 ini juga ingin memotivasi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di Ponpes Daarul Quran. Menurutnya, pesantren Daarul Quran metodenya tidak sama dengan sekolah asrama yang lain. Lebih terstruktur rapi dan adab santri-santrinya bagus.
"Itu yang membuat saya ingin mengunjungi pesantren Daarul Quran," kata pria yang juga menjadi dosen Ilmu Komunikasi di Institut Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (Stiami) DKI Jakarta ini.
Senada dengan Cholidi, Wakil Direktur Yayasan Daarul Quran Solo Abdul Muid Badrun SE, ME memaparkan saat ini terjadi krisis akhlak sehingga dibutuhkan upaya mendidik generasi muda yang dibekali tidak hanya keahlian dan kemampuan dalam konteks ilmu tetapi juga attitude atau akhlak yang baik.
"Kita ingin mendidik anak-anak untuk takut berbuat dosa, ini yang tidak ada di negeri ini. Kami didik betul mereka untuk sadar betul bahwa dosa itu dilarang Tuhan, sehingga ketika mereka menjadi pejabat atau pemimpin bisa memiliki akhlak yang baik dan berkarakter Al-Quran," tegasnya.
Untuk itulah, manajemen Daarul Quran mengundang aktor sekaligus dosen dengan sederet prestasi yakni Cholidi, untuk menginspirasi para santri dan orang tua calon santri yang ingin mendaftarkan anak-anaknya ponpes tersebut.
Muid menjelaskan, Daarul Quran memiliki enam program unggulan yakni tahfidz, kepemimpinan, kemampuan bahasa, kemampuan kewirausahaan, public speaking, dan etika. Keenam program unggulan itu yang membedakan Daarul Quran dengan sekolah-sekolah santri yang lain.
Saat ini, Daarul Quran membuka pendaftaran dan penerimaan santri baru sejak Oktober 2021 hingga Mei 2022. Pendaftaran santri baru bisa dilakukan melalui situs www.daaquso.id. Saat ini Daarul Quran Solo menjadi induk dari 3 cabang di Soloraya yakni Sukoharjo, Sragen dan Karangmojo dengan total lebih dari 1.000 santri.
"Tahun ini Daarul Quran Surakarta menargetkan 180 santri SMP dan 60 santri SMA yang mendaftar. Para santri juga berkemungkinan melanjutkan studi di kampus-kampus di luar negeri seperti di negara Turki. Terbukti lulusan SMA kita sudah ada yang diterima di Al-Azhar hingga ke Turki," pungkas Muid. (rum)
(zend)