Hard News

Staycation Menjadi Alternatif Liburan Saat Nataru

Nasional

10 Desember 2021 16:46 WIB

ilustrasi prokes di hotel. (Foto: doc.TATV/adam)

JAKARTA,solotrust.com – Pemerintah mengimbau masyarakat untuk bijak menyikapi momen  Natal dan Tahun Baru (Nataru) dalam rangka mencegah lonjakan kasus Covid-19.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terkait aturan perjalanan dan protokol  kesehatan selama liburan, saat ini terdapat tren baru alternatif pengisi liburan yang relatif aman,  yakni staycation atau berlibur memanfaatkan fasilitas hotel. 



Masyarakat dapat memilih hotel tak jauh dari tempat tinggal yang telah menerapkan protokol  kesehatan ketat dan memiliki standar sertifikasi Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety  (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) atau CHSE.

Dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) - KPCPEN, bertajuk  Staycation, Liburan Aman Saat Pandemi pada Kamis (9/12), Deputi Bidang Pemasaran  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya mengatakan bahwa terdapat tiga hal yang  harus diperhatikan masyarakat dalam berwisata termasuk menginap di hotel. 

“Prokes adalah keharusan, sebagai cara kita hidup berdampingan dengan pandemi,” tegas Nia.

Ia  menjelaskan, dalam hal ini, sebagai bagian untuk membangun kepercayaan masyarakat, pihaknya  memiliki program Indonesia Care. Program ini guna memastikan hotel sebagai tempat yang aman  bagi pengguna, termasuk telah menerapkan CHSE. 

Nia memandang baik mulai munculnya tren staycation sebagai alternatif berlibur.

“Ini memberikan  bukti bahwa industri pariwisata dapat bangkit di kala pandemi, mendorong perekonomian, dan  masyarakat dapat melihatnya sebagai opsi berwisata dari titik terdekat,” tuturnya. 

Staycation juga menjadi alternatif liburan yang aman karena dapat dilakukan dalam rombongan kecil  dan terjaga dan tidak menggunakan transportasi umum yang besar. Namun tetap menghasilkan  pengalaman yang berbeda, yang merupakan esensi liburan.

“Apresiasi kepada hotel-hotel yang  menghadirkan beragam kegiatan bagi pengunjung di dalam lingkungan hotel,” ujar Nia. 

Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap pilihan kegiatan liburan yang aman juga tercermin  pada cara konsumen memilih hotel. Dikatakan Nia, sebuah data menunjukkan bahwa saat ini,  prosentase terbesar pertimbangan masyarakat adalah penerapan protokol kesehatan pada fasilitas  tersebut, baru disusul dengan diskon, kebijakan refund dan lain-lain.

Terkait penerapan prokes dan CHSE, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia  (PHRI), Hariyadi Sukamdani menyebutkan bahwa 10 - 11 ribu hotel dan restoran di Indonesia telah  bersertifikat CHSE dan protokol kesehatan sudah melekat dalam peraturan hotel serta restoran. 

“Dari Oktober hingga saat ini, juga setelah hotel dibuka secara penuh pada November, tidak  ditemukan klaster baru,” ujar Hari.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa kehati-hatian tetap  dikedepankan, kegiatan pariwisata tetap berjalan tapi selebrasi ditiadakan dan menghindari  terjadinya penumpukan tamu. 

Untuk membantu masyarakat yang makin kritis memilih hotel, Andre Binarto sebagai Influencer  memberikan masukan, bahwa di situs online travel agent seringkali tercantum tanda atau logo pada  properti yang sudah menerapkan CHSE dan prokes untuk mempermudah pemilihan. 

 “Aktivitas  di dalam hotel lebih aman karena semua tersertifikasi,” tegasnya.  (elv)

(zend)