Hard News

Partai Eks Pengusung Rival Gibran Gencar Bentuk Kepengurusan Di Seluruh Kota Di Indonesia

Sosial dan Politik

20 Desember 2021 16:30 WIB

Salah satu kantor Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKR di Kota Madya Sabang, NAD. (Foto: Dok. Solotrust.com/awa)

SOLO, solotrust.com - Organisasi masyarakat mantan pengusung lawan Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada 2020 lalu, Tikus Pithi Hanata Baris telah bertransformasi menjadi Partai Kedaulatan Rakyat (PKR). Kini, PKR tengah gencar membentuk kepengurusan di seluruh kabupaten/ kota di Indonesia.

PKR yang dipimpin langsung Tuntas Subagyo gencar melakukan penetrasi di seluruh wilayah di Indonesia salah satunya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Di wilayah tersebut, kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKR NAD sudah terbentuk dan sudah bekerja.



Tak berhenti di situ, DPW PKR NAD  tancap gas membentuk kepengurusan DPD PKR di 21 dari total 23 kabupaten/kota di NAD. Sekretaris DPW PKR NAD, Munawardi mengatakan, untuk mengenalkan PKR kepada masyarakat Aceh, jajaran pengurus DPW dan DPD PKR setempat terjun langsung ke tengah warga.

"Kami hadir dengan program-program khusus. Salah satunya, program prioritas mengangkat kesejahteraan para petani. Kami bersilaturahmi langsung dengan warga dan mendengarkan keluh kesah mereka, terutama keluhan di sektor pertanian,” paparnya, Senin (20/12).

Dari komunikasi tersebut, lanjut Munawardi, DPW PKR NAD akhirnya mengetahui ada banyak persoalan yang dirasakan para petani. Mulai dari kendala pengelolaan lahan, perawatan tanaman, hingga penjualan hasil bumi mereka usai panen.

“Yang mereka keluhkan terkait program yang dianggarkan pemerintah, baik bantuan dan lain-lain. Permasalahannya hanya [pemerintah hanya] programkan pengadaan bibit, pupuk. Tapi setelah panen, petani mengeluh tak ada pembeli,” imbuhnya.

Di sisi lain, PKR membantu pemasaran hasil bumi para petani Aceh. Para pengurus dan anggota PKR membeli produk para petani, menampung, dan menjualnya.

"Teman-teman hadir membantu dengan mediasi, dengan kami pengurus-pengurus di sini, untuk membantu membeli, menampung hasil bumi petani lalu dipasarkan ke beberapa daerah, termasuk luar negeri. Harapan kami, dalam membuat program bagi petani, pemerintah setempat melakukan penelitian terlebih dulu. Tujuannya, agar program pertanian yang akan dijalankan cocok dengan kondisi di lapangan. Selain itu, perlu ada penyuluhan atau pendampingan kepada para petani selama program berjalan. Dengan begitu diharapkan program pertanian bisa berjalan baik dan hasilnya bisa dinikmati para petani Aceh," tukasnya. (awa)

(zend)