SOLO, solotrust.com - Sekolah selama ini memang sudah terbiasa melakukan imunisasi rutin bagi anak didik, namun khusus untuk vaksin Covid-19 anak usia enam hingga sebelas tahun harus memerhatikan beberapa hal. Dua hal penting perlu diperhatikan, yakni penerapan protokol kesehatan (Prokes) dan memastikan setiap orang dewasa yang terlibat sudah divaksin lengkap dua dosis.
Demikian ungkap Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro melalui Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Minggu, 26 Desember 2021.
“Sehingga kalau ada pemberian vaksin di sekolah harus didukung bersama. Kita tahu di sekolah juga ada program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang di dalamnya ada program imunisasi,” papar Sri Rezeki Hadinegoro melalui siaran pers diterima solotrust.com, Sabtu (08/01/2021).
Kendati imunisasi pada anak sekolah bukan hal asing bagi guru, orangtua, dan anak, namun pihaknya mengingatkan vaksin Covid-19 adalah imunisasi baru. Pelaksanaannya pun tak hanya bersangkutan dengan anak saja, namun termasuk orangtua, sekolah, dan paramedis yang pada umumnya dari puskesmas.
Pelaksanaan vaksinasi di sekolah membutuhkan kerja sama dan dukungan berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat dan daerah maupun masyarakat, termasuk di dalamnya orangtua. Kesepakatan dan koordinasi berbagai pihak, kapan imunisasi akan dilakukan juga jadi bagian penting.
“Orangtua sudah bersedia belum membawa putra putrinya ke sekolah, juga kerja sama dengan puskesmas setempat yang akan menyediakan sumber daya manusia dan logistik dari vaksin itu sendiri,” tutur Sri Rezeki Hadinegoro.
Dokter spesialis anak konsultan dalam bidang infeksi dan penyakit tropis ini menekankan, bila vaksinasi dilakukan di sekolah, harus dipastikan para guru dan petugas telah lengkap imunisasinya. Sarana penunjang menghadapi potensi munculnya Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) juga perlu diperhatikan.
“Misalnya oksigen, tempat berbaring kalau pusing, peralatan dan obat untuk emergency,” lanjutnya.
Selain itu penjelasan kepada guru juga perlu ditegakkan untuk mengatur agar anak tidak berkerumun supaya tidak terjadi klaster di sekolah. Misalnya, vaksinasi dilakukan bergiliran. Setelah disuntik, anak-anak juga sebaiknya diatur untuk langsung pulang. Perlu diperhatikan pula penyediaan sarana, seperti tempat cuci tangan atau tempat sampah di lingkungan kegiatan.
Sementara sebagai persiapan terhadap anak sebelum vaksinasi, Sri Rezeki Hadinegoro menganjurkan orangtua memberikan pemahaman kepada anak pentingnya vaksinasi dan proses pelaksanaannya. Pastikan anak sudah sarapan sebelum vaksinasi, kenakan baju nyaman dan longgar untuk mempermudah proses penyuntikan.
“Anak-anak yang punya morbiditas, misalnya jantung bawaan atau penyakit lain yang harus minum obat rutin, sebelumnya kita harus jaga mereka terkontrol dengan baik dan minum obat teratur. Sehingga waktu disuntik dalam kondisi sehat dan fit, tidak ada gejala,” ujar dia.
Diharapkan, orangtua membawa catatan kesehatan anak. Hal ini juga agar saat skrining kesehatan dapat menjelaskan dengan baik dan membantu petugas mendapatkan informasinya secara lengkap. Dalam pelaksanaannya, orangtua juga diperbolehkan menunggu. Pascapenyuntikan, jika ada efek samping akan diketahui pada 30 menit pertama.
“Perhatikan 30 menit pertama apakah pusing, gatal, atau hal lainnya agar dapat diatasi dengan baik,” Sri Rezeki Hadinegoro mengingatkan.
Selanjutnya, selama tiga hari setelah dapat suntikan, anak juga harus diawasi dengan baik. Jika perlu, orangtua bisa melakukan konsultasi dan menghubungi tempat penyuntikan vaksin.
“Para petugas kesehatan juga harus siap sedia mengatasi kalau-kalau ada efek samping,” lanjut Sri Rezeki Hadinegoro.
Sekali lagi ia menekankan, vaksinasi sekolah harus disiapkan dengan baik, terutama orang-orang dewasa di lingkungan sekolah harus dipastikan telah vaksin lengkap dan prokes tidak boleh ditinggalkan.
“Semoga apa yang kita rencanakan ini berjalan lancar dan aman, sehingga anak-anak kita sehat dan tidak tertular Covid-19,” harap Sri Rezeki Hadinegoro. (rum)
(and_)